• Jumat, 20 September 2024

Sepenggal Kisah Wartawan Dalam Tragedi Talangsari

Selasa, 09 Februari 2021 - 22.47 WIB
242

Yuliana (Jilbab coklat) istri Sudirman KM (berbaring di tempat tidur) saat menerima cendramata dari PWI dan SMSI Metro sebagai bentuk ucapan terima-kasih dalam peringatan Hari Pers Nasional. Foto: Arby/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - 'Suami saya hilang' begitulah kutipan kisah yang diceritakan oleh Yuliana, saat mengetahui sang suami hilang usai berita tragedi Talangsari terbit di media massa pada tahun 1989.

Wanita yang merupakan istri Sudirman KM, seorang wartawan senior surat kabar Lampung Post itu haru ketika mengenang kejadian di masa lalu.

Ketika dijumpai di rumahnya, di Jalan Imam Bonjol, Kelurahan Hadimulyo Barat, Metro Pusat, oleh sejumlah pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI), Yuliana tak banyak cerita.

Meski begitu, sepenggal kisah yang ia ceritakan cukup menggambarkan suasana mencekam di benak pendengar yang kesemuanya merupakan wartawan dan pemilik media.

"Suami saya hilang dari rumah, berhari-hari, Lampung geger dengan berita Tragedi Talangsari yang diterbitkan Lampung Post. Orang-orang baju loreng bolak-balik ke rumah cari dia. Anak-anak masih kecil waktu itu," kenang ibu Yuliana, saat menceritakan masa-masa sang suami aktif melakukan aktivitas jurnalistik, Selasa (9/2/2021).

Sepak terjang Sudirman KM yang akrab disapa Bang Dirman tersebut tidak hanya ceritakan oleh sang istri. Juniornya yang kini menjadi Dewan Penasehat PWI Kota Metro juga turut berkisah.

H. Darmanto, satu dari sekian banyak junior Bang Dirman di kala itu cukup banyak menyaksikan konsistensi Dirman dalam melakukan aktivitas jurnalistik sejak 1980.

"Tahun 1980 beliau memasuki dunia kewartawanan, sebagai biro pertama di salah satu surat kabar harian di Lampung. Ia konsisten, dan fokus serta memiliki narasumber yang kuat," ujar Darmanto.

Darmanto berpesan, sebagai pilar ke-4 NKRI pekerja pers wajib menyuguhkan tulisan yang berkualitas, dengan narasumber yang kuat, dan mengedepankan kode etik Jurnalistik sesuai amanat UU Pokok Pers nomor 40 tahun 1999.

Apresiasi atas kinerja Bang Dirman di masa lalu, kini masyarakat Pers di Provinsi Lampung, khususnya di Kota Metro dapat menikmati hak atas kebebasan Pers tanpa bungkaman penguasa.

Kini, Bang Dirman sang peliput tragedi Talangsari pada 7 Februari 1989 di Dusun Talangsari III, Desa Rajabasa Lama, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur itu hanya dapat berbaring di tempat tidur.

Selama 3 tahun 2 bulan Bang Dirman menderita penyakit komplikasi Jantung dan Hipertensi. Kini, sebagai penerus pilar ke 4 demokrasi masyarakat Pers Kota Metro memberikan penghargaan kepada Bang Dirman yang juga merupakan Ketua PWI Kota Metro periode 2014 hingga 2017.

Dalam pemberian penghargaan dan cendramata tersebut, Ketua SMSI Kota Metro, Ali Imron Muslim menyampaikan rasa terima-kasihnya kepada Sudirman atas perjuangan di masa lalu.

"Di Hari Pers Nasional ini kami dari PWI dan SMSI Kota Metro merayakan kegembiraan bersama di kediaman Bang Dirman. Beliau wartawan senior sekaligus sepuh, sebagai guru dan panutan kami," ucap Ali.

SMSI bersama PWI menyerahkan cinderamata siluet wajah, karya Linang Kharisma, seniman galeri Kekasih Cahaya, Tejo Agung, Metro Timur. Terdapat simbolis peniupan lilin kue perayaan HPN dan HUT ke-75 PWI dihadapan Bang Dirman. (*)