Pendeta Budi, Fokus Mencari Jalan Menuju Alam Keabadian
Kupastuntas.co, Lampung Timur - 'Saya sekarang fokus membuat jalan, jalan kebaikan menuju alam kelanggengan' ucapan bersirat itu keluar dari seorang pendeta bernama Budi Yasa, pria 88 tahun yang memanfaatkan usia senjanya untuk mengabdikan hidupnya menjaga Vihara Buddha Kirti di Desa Way Mili, Kecamatan Gunung Pelindung.
Ketika masuk ke dalam lokasi Vihara Buddha Kirti, seolah berada dalam hutan. Pohon-pohon besar dengan usia puluhan tahun mengelilingi Vihara di atas areal seluas 1,5 hektar.
Cuitan burung di atas ujung pepohonan seolah menunjukan dirinya (burung) hidup dengan nyaman. Gemercik air yang keluar dari sumber mata air alami membuat suasana sahdu seraya di tengah hutan.
"Masuk dek, buka saja gerbangnya tidak dikunci. Kita ngobrol di teras Vihara saja," sambut pria sepuh dengan logat Jawa yang kental, Kamis (4/2/2021).
Dari sorot matanya yang teduh dan aura wajah yang memancarkan kasih sayang itu menandakan bahwa Budi Yasa merupakan seseorang yang dihormati di Vihara tersebut. Sebelum berbincang, penunggu Vihara mengajak masuk ke dalam ruangan yang luas berkapasitas 100 orang lebih.
Saat kita masuk dalam ruang Vihara, tepat dari mulut pintu, terlihat sebuah patung Budha Gautama, yang bersanding dengan patung Dewi Kwan Im (kanan) dan patung Maetreya (kanan). Tempat tersebut merupakan ruang utama penyembahan umat Buddha di hari hari tertentu.
Ruang Vihara tampak terlihat remang dengan sorot neon-neon kecil bercahaya merah. Lantunan doa mahakaruna dharani menggema lirih di dalam ruang, sehingga menambah suasana menjadi sakral.
"Setiap hari lantunan doa dari Dewi Kwan Im kami putar. Kebersihan ruangan selalu kami jaga karena tempat ini adalah tempat suci bagi agama kami," ujar Pendeta Budi Yasa.
Budi Yasa menjadi pendeta sejak tahun 1997. Sementara dirinya mengabdikan hidupnya untuk mengurus tempat ibadah (Vihara) sejak 1994 atau 27 tahun sampai hari ini.
"sejak saya menunggu Vihara saya sudah menghilangkan pikiran saya dari gemerlap nya duniawi. Saya hanya fokus mencari jalan yang baik menuju alam keabadian ketika nanti saya dipanggil oleh Yang Maha Kuasa," ucapan Budi Yasa di atas teras Vihara, keluar dari lubuk hatinya, matanya berkaca menerawang jauh kearah hamparan sawah.
Selama pandemi Covid-19, dirinya cukup membersihkan lingkungan Vihara, karena hampir setahun tidak ada kegiatan keagamaan di Vihara. Sebelum pandemi kata pendeta Budi Yasa, setiap hari Minggu dirinya harus menyiapkan perlengkapan untuk kegiatan kebaktian.
Setiap tanggal 15 purnama dirinya juga menyiapkan peralatan untuk ritual dan di luar keagamaan Budha, pendeta itu setiap malam Jumat Kliwon juga menyiapkan sejumlah sesaji untuk melakukan selamatan.
"Kalau selamatan Malam Jumat Kliwon itu budaya Jawa tidak termasuk dari ibadah Buddha," terangnya.
Jemaat yang aktif melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan sebelum Covid-19 mewabah, diikuti oleh 27 Kepala Keluarga yang ada di sekitaran Way Mili.
"Tapi sekarang mereka melakukan ibadah di rumah masing-masing, karena kami mematuhi instruksi pemerintah," ungkap Pendeta sepuh itu.
Vihara Buddha Kirti, juga menjadi sebuah tempat ibadah yang bersinergi dengan alam. Penjaga Vihara dari generasi ke generasi selalu menjaga kelestarian alam. Seperti menjaga dua mata air besar yang ada di lingkaran Vihara. Dua mata air itu sangat membantu petani sekitar, sebab mata air yang tidak pernah kering itu bisa mencukupi keperluan petani di atas sawah belasan hektar.
"Disini ada dua mata air besar. Sebelum adanya Vihara sudah ada mata air tersebut. Tapi meskipun kami membuat Vihara, tetap menjaga alam dengan sengaja tidak menebang pohon-pohon besar agar mata air tetap terjaga," tutup Budi Yasa.
Budi Yasa tinggal bersama istri nya dan tinggal di rumah yang ada di lingkup Vihara Buddha Kirti. Sementara empat anak nya sudah berkeluarga dan tinggal di wilayah yang berbeda. (*)
Video KUPAS TV : MELIHAT DARI DEKAT PEMAKAMAN PASIEN COVID 19 ASAL LAMPUNG TIMUR
Berita Lainnya
-
Polisi Sita 15 Gram Sabu dari 4 Terduga Pengedar di Lampung Timur
Sabtu, 02 November 2024 -
Omset Petani Bibit Sayuran di Lampung Timur Turun Akibat Kemarau
Jumat, 01 November 2024 -
Kalah Judi Online dan Terlilit Utang, Warga Lampung Timur Gantung Diri
Kamis, 31 Oktober 2024 -
Tiket Masuk Taman Nasional Way Kambas Naik Dari Rp 7.500 Jadi Rp 30 Ribu
Kamis, 31 Oktober 2024