Harga Kedelai Naik, Pedagang Perkecil Ukuran Tahu dan Tempe
Salah satu pedagang tahu di pasar tradisional yang ada di Bandar Lampung. Foto: Sri/Kupastuntas.co
Bandar Lampung, Kupastuntas.co - Imbas harga kedelai yang saat ini mengalami kenaikan, dari sebelumnya Rp7000 menjadi Rp9200 per kilogram. Untuk tetap berproduksi, produsen tahu dan tempe mengatasinya dengan memperkecil ukuran tahu dan tempe.
Menurutnya meski harga kedelai naik, harga tahu tempe tidak bisa ikut naik juga, hanya saja ukuran tempe dan tahunya di perkecil.
"Kita ngakalinnya diperkecil kalau nggak diperpendek ukuran tempenya. Karena nggak mungkin harganya dinaikan, nanti yang beli malah tidak ada," ujar Gunarso, saat diwawancarai kupastuntas.co, Selasa (5/1/2021).
Ia mengaku, untuk memperoleh bahan baku kedelainya sendiri tidak sulit, hanya saja pihaknya mengeluhkan harganya yang mahal.
"Biasa kita buat 1 kuintal perhari, namun dengan naiknya harga kedelai ini hanya 60 kg perharinya untuk membuat tempe dan tahu. Dan kita juga nggak tahu harga kedelai tinggi ini kenapa, kita taunya hanya memproduksi saja," bebernya.
Hal senada disampaikan Produsen sekaligus Pedagang tempe dan tahu di Pasar Tugu Bandar Lampung, Ade Suyit (34), yang mengatakan, kedelai yang dipakai untuk membuat tahu dan tempe adalah Impor dari Amerika Serikat. Dimana harga kedelai lokal saat ini mencapai Rp8800 sedangkan impor Rp9200.
"Karena kalau kedelai lokal itu kurang bagus, tapi kalau kedelai impor hasil tempenya bagus," kata Dia.
Oleh karenanya, Ia berharap harga kedelai bisa kembali normal seperti sebelumnya, karena sejak pandemi berlangsung pihaknya juga mengurangi jumlah produksi.
"Karena pempeli juga pinginnya harga seperti biasa dan ukuranya tidak di perkecil. Sehingga pembeli berkurang, otomatis omset juga sedikit menurun," tandasnya. (*)
Berita Lainnya
-
Pemotongan TPP Dinilai Reaktif, Pengamat: Jangan ASN Jadi Korban Efisiensi Anggaran
Rabu, 12 November 2025 -
Kemenkop UKM Targetkan 80 Ribu Koperasi Desa Merah Putih Siap Operasional Maret 2026
Rabu, 12 November 2025 -
Erwin Octavianto: Harga Singkong Naik, Petani Lampung Masih Tertindas Potongan Rafaksi
Rabu, 12 November 2025 -
Pemerintah Pusat Periksa Penyerapan Dana Transfer ke Daerah 2025
Rabu, 12 November 2025









