• Senin, 09 Juni 2025

Jeritan Jiwa Ahmad di Tengah Fisiknya yang Tak Bisa Bergerak Normal

Jumat, 02 Oktober 2020 - 15.39 WIB
192

Pria setengah abad itu, tampak melepas lelah di tengah rumah kumuhnya. Foto: Agus Susanto/Doc.Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Derap langkah kaki Ahmad tidak seperti langkah orang pada umumnya, kaki kanan dan tangan kanan menjadi tumpuan utama untuk menarik sebuah gerobak usang berkarat, sementara kaki kiri dan tangan kanan pria berperawakan sedang itu sudah tidak bisa bergerak normal.

Tapak kaki kanan Ahmad melangkah dengan tertatih, sementara kaki kiri berjalan terseret, roda gerobak berputar tersendat karena beban tumpukan rongsokan yang ada dalam bak geroba. Bahu pria 55 tahun menjadi beban tumpuan sebongkah rongsokan yang telah dilelesnya debu jalan, terik panas mentari menjadi sahabatnya setiap hari.

Pria Desa Labuhanratu, Kecamatan Labuhanratu, itu sesekali tampak mengelap buih-buih keringatnya menggunakan pakaiannya yang lusuh. Ia berhenti sejenak di pinggir jalan lintas nasional di Desa Labuhanratu, menunggu situasi jalan benar-benar sepi untuk menyeberang.

Setelah tak terlihat kendaraan lalu lalang, Ahmad berlari kecil dengan terseok menarik gerobak untuk menyebrang jalan raya. Kemudian pria itu memberhentikan gerobaknya tepat di sebuah bangunan ukuran 6x3 meter yang tampak kumuh seperti tidak terawat, lalu Ahmad memindahkan barang rongsokan yang didominasi dari bahan bekas botol minuman mineral dari gerobak di depan halaman rumahnya.

Halaman rumahnya penuh barang rongsokan, agar tidak berserakan pria tersebut memberi pagar ala kadarnya, setelah rongsokan di gerobak sudah habis dipindahkan, lalu pria setinggi 150 meter itu masuk kedalam rumahnya, tangan kanan nya membawa bekas botol minuman mineral yang masih tersisa sedikit saja.

Bangunan rapuh dengan konstruksi tiga ruang itu seperti tidak di urus, ruang yang seharusnya digunakan untuk tamu penuh dengan barang bekas, kamar tidur 2x2 meter terlihat semrawut dengan pakaian dan yang terglantung pada seutas tali plastik.

Dengan melepas baju dan mengganti celana kolor pendek, lalu Ahmad duduk di sebuah kursi plastik untuk melepas lelah, pandangan matanya mengarah kosong, pria tersebut mulai cerita tentang hidupnya yang getir,"saya tinggal di sini sendiri, sudah 5 tahun lebih tanpa dampingan istri dan anak" cerita awal itu mulai keluar dari mulut Ahmad.

Sepuluh tahun silam fisiknya masih sehat, namun setelah dirinya mengalami kecelakaan sepeda motor, ayah dua anak itu mengalami cacat permanen pada tangan dan kaki sebelah kiri yang tidak bisa digerakan, "hingga hari ini kondisi fisik saya seperti ini, saya tidak struk tapi karena kecelakaan" pengakuan Ahmad.

Pria berperawakan sedang itu mengaku setelah menjalani pesakitan dan tidak bisa bekerja untuk menafkahi keluarga, istrinya meninggalkan nya, dengan rasa trenyuh saat itu Ahmad merasakan keterpurukan, jiwanya menjerit tanpa bisa berbuat banyak,"awalnya seperti tidak terima, namun lambat laun saya memaklumi karena saya tidak lagi mampu menghidupi keluarga," ungkapan perih itu sedikit yang digambarkan Ahmad.

Semenjak ditinggalkan istri dan dua anaknya, pria kelahiran 1965 silam mulai menjalani hidup penuh pasrah, bertahan hidup dengan menarik gerobak untuk mencari rongsokan, dengan hasil yang tidak menentu namun dinilai cukup baginya untuk bertahan hidup, "ya hasil gak jelas, kalau hanya untuk makan seperti saya karena keadaan ya saya bilang cukup," terangnya.

Perjalanan hidup Ahmad seperti tidak ada gambaran apapun, kecuali menjalani dan berusaha bisa mendapatkan makan untuk hidup sehari hari,"adanya pasrah dengan yang kuasa, tapi tetap usaha ditengah kondisi seperti ini," tutupnya. (*)

Editor :