• Jumat, 29 November 2024

Gelar Silaturahmi Kebangsaan, BNPT Tangkal Radikal Terorisme di Surakarta

Sabtu, 29 Agustus 2020 - 19.18 WIB
217

Kepala BNPT saat Silaturahmi Kebangsaan BNPT Upayakan Peningkatan Daya Tangkal Radikal Terorisme, di Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (29/8/2020). Foto: Doc/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Surakarta - Sebagai bagian dari penanggulangan radikal terorisme yang menyeluruh, Kepala BNPT, Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar mengunjungi beberapa Pondok Pesantren dan yayasan di wilayah Surakarta, Jawa Tengah, guna mencegah pertumbuhan radikal terorisme di Surakarta, Sabtu (29/8/2020).

Dalam kegiatan silaturahmi tersebut, Kepala BNPT didampingi Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis, Direktur Deradikalisasi BNPT, Prof. Dr. Irfan Idris, M.A., Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid, S.E., M.M. dan Direktur Perlindungan BNPT, Brigjen Pol. Drs. H. Herwan Chaidir beserta jajaran.

Kunjungan dimulai di Yayasan Gema Salam Surakarta dan dipimpin mantan narapidana terorisme (Napiter) Bom Bali 1 Joko Tri Harmanto alias Jack Harun.

Yayasan Gema Salam merupakan wadah bagi mantan Napiter di Jawa Tengah yang didukung oleh Bapas Surakarta dan Yayasan Prasasti Perdamaian (YPP). Serta menjadi mitra program Deradikalisasi BNPT.

Dalam kunjungan, Kepala BNPT beserta jajaran menyempatkan sarapan bersama di warung Soto Bang Jack milik pimpinan yayasan Gema Salam beserta anggota yayasan.

Meninjau langsung Yayasan Gema Salam, Kepala BNPT menilai kegiatan-kegiatan dari yayasan bermanfaat di bidang sosial-ekonomi.

"Kunjungan ini menjadi support dan semangat bagi kami untuk terus menyebarkan perdamaian di Jawa Tengah dan Indonesia,” ujar Jack Harun.

Dalam rangkaian selanjutnya, rombongan BNPT disambut hangat oleh jajaran pengurus Pondok Pesantren Al-Quraniy Azzayadiy Surakarta yang berada di bawah asuhan K.H. Abdul Karim.

Pengasuh Ponpes Al-Quraniy Azzayadiy yang akrab dipanggil Gus Karim, menjelaskan bagaimana harmoni dan toleransi begitu terasa dalam Pondok Pesantrennya.

Gus Karim juga menjelaskan bagaimana toleransi antar suku dan agama dapat berjalan harmonis, khususnya pada pembangunan pondok pesantrennya.

Hal ini menjadi motivasi baginya untuk menyebarkan Indonesia yang aman dan damai, terlebih dengan adanya kunjungan dari BNPT.

"Kami pernah mendapatkan bantuan dari figur non-muslim dan Tionghoa yang memberikan tanahnya kepada saya untuk dibangun Pondok Pesantren. Mudah-mudahan dengan kehadiran Kepala BNPT memberikan semangat bagi kami untuk ikut ciptakan Indonesia aman dari radikalisme dan terorisme,” ujar Gus Karim.


Kepala BNPT menyampaikan harapannya kepada ulama dan yayasan, agar dapat terus bekerja-sama untuk menguatkan generasi Indonesia dari ideologi yang mengancam persatuan Indonesia. Kerja-sama yang dimaksud merujuk pada upaya untuk memoderasi pemikiran berlebihan yang bermuatan radikalisme intoleran agar masyarakat Indonesia dapat menghidupi nilai-nilai luhur bangsa untuk hidup rukun.

Di akhir rangkaian, rombongan BNPT mengunjungi dan menggelar silaturahmi kebangsaan di Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan Surakarta.

Kali ini, rombongan BNPT ditemani Anggota Komisi III DPR RI, Eva Yuliana sebagai alumnus santriwati yang telah menempuh 6 tahun pendidikan di Ponpes Al-Muayyad.

Dalam kesempatan itu Kepala BNPT menyampaikan perkembangan aktivitas terorisme terkini termasuk WNI yang kini terjebak di pengungsian Suriah karena iming-iming kelompok radikal yang tidak bertanggung jawab.

Keadaan yang sangat disayangkan tersebut, diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi ulama dan santri agar tidak terjerat dalam permasalahan yang sama.

Komjen Pol Boy Rafli Amar mengingatkan kembali puluhan santri dan jajaran akan kedudukan Pancasila dalam berkehidupan, serta pedoman dalam menghadapi radikalisme di dunia maya maupun secara langsung.

"Insan beragama namun melakukan kekerasan atas nama agama adalah kontradiktif. Perlu diiringi sikap dan semangat menghargai perbedaan dan keberagaman. Kita sebagai Bangsa Indonesia memiliki falsafah negara Pancasila dan agama yang mengakomodir serta menyeimbangkan di tengah perpecahan," terangnya.

"Pancasila akan menjadi jalan tengah penyeimbang di tengah keberagaman untuk mereduksi radikal intoleran. Itulah Pancasila sebagai standardidasi moral untuk berkehidupan bersama, hidup bermasyarakat yang aman dan damai,” pungkas Kepala BNPT. (*)