• Sabtu, 05 Oktober 2024

Juwendra Asdiansyah Menulis Sebuah Buku dari Postingan Status Media Sosial

Sabtu, 25 Juli 2020 - 14.43 WIB
435

Juwendra Asdiansyah, saat datang sebagai pembicara di program Kupas Podcast di Studio Podcast Kupas Tuntas, yang dipandu oleh 2 host Kupas Tuntas yaitu Tiyas dan Reni pada, Sabtu (25/7/2020). Foto: Tampan/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Penggunaan media sosial apabila dapat digunakan dengan bijak maka mampu mendatangkan manfaat bagi diri sendiri dan juga bagi orang lain. Seperti halnya yang dilakukan oleh Juwendra Asdiansyah. Seperti umumnya netizen, jurnalis senior yang menyebut dirinya sebagai penulis pemalas ini juga mempunyai media sosial seperti Facebook dan Instagram layaknya seorang netizen.

Bang Juwe sapaan akrabnya, kerap memosting status di akun Facebook miliknya yang berisi petuah, komedi, sindiran, juga tak jarang tulisan yang memotivasi banyak orang hingga mendapatkan banyak pujian.

Terlebih, saat pandemi global Covid-19 serta mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap di rumah saja membuat dirinya semakin produktif untuk menulis status di akun Facebook miliknya. Terhitung sejak masuknya Covid-19 di Lampung pada Maret hingga sekarang, dirinya sudah memosting puluhan tulisan.

Status-status yang ditulisnya lewat media sosial, kini telah menjadi sebuah buku berjudul 'Sekincau' Status-Status Masa Pandemi. Buku tersebut bercover warna biru dan berdiri seorang pria dengan postur tubuh tambun berbusana seraba hitam yang tak lain adalah dirinya.


Saat datang sebagai pembicara di program Kupas Podcast di Studio Podcast Kupas Tuntas, yang dipandu oleh 2 host Kupas Tuntas yaitu Tiyas dan Reni pada, Sabtu (25/7/2020). Bang Juwe membeberkan alasan buku perdananya diberi judul 'Sekincau'.

"Sekincau adalah salah satu status yang saya unggah di Facebook pada tanggal 5 April 2020 yang paling banyak mendapatkan like, komen dan share dari teman-teman. Makanya saya buat buku dan dijadikan judul untuk mengenang keviralan ini," katanya menjelaskan.

Rupanya, tulisan tersebut menceritakan kehebatan masyarakat Sekincau yang menerima jenazah korban Covid-19, seorang laki-laki usia 70 tahun yang meninggal dunia di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Moeloek pada 4/4/2020 yang lalu. 

Jenazah Covid-29 tersebut dikuburkan di kampung halamannya tanpa adanya penolakan. Bahkan warga sekitar saling bergotong-royong, bahu membahu membuat lubang untuk jenazah tersebut.

"Ini sangat berbeda dengan tempat lain yang banyak menerima penolakan. Ini keren, harus ditulis agar banyak yang tahu bahwa memperlakukan korban Covid-19 dengan tidak baik adalah sesuatu yang tidak baik juga," lanjutnya.

Benar saja, tulisannya yang diunggah di akun Facebook miliknya pada tanggal 5 April 2020 yang yang lalu mendapat like sebanyak 19.905, share sebanyak 10.745 dan komentar sebanyak 129 yang semua berisi dukungan dan pujian. 

Namun buku sebanyak 276 halaman yang dibandrol dengan harga Rp80 ribu tersebut tidak hanya berisi tentang Sekincau saja, namun juga banyak karya-karya yang lain.

"Seperti Pak Camat dan Sekilo Telur, Saya Takut Corona Maka Saya di Rumah, Lebaran Covid dan masih banyak yang lainnya. Pandemi ada hikmahnya, saya jadi punya buku," tutupnya. (*)