• Selasa, 25 Februari 2025

Hebat, 300 Spesies Burung di Hutan TNWK Mampu Dikenali Hariyono Hanya Lewat Kicauan

Jumat, 17 Juli 2020 - 18.48 WIB
247

Hariyanto (kanan) bersama pengamat burung dari Australia sedang mengamati burung di dalam hutan TNWK. Foto: Agus Susanto/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co Lampung Timur - Hariyono, seorang pria yang hanya lulusan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) dari jalur paket C, namun memiliki kecerdasan khusus dalam hal mengamati ratusan jenis burung yang ada di hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK). 

Sehingga pria berperawakan tambun itu menjadi pemandu pengamatan burung tingkat nasional, dengan honor Rp2 juta per bulan.

Saat ditemui di kediamannya di Desa Labuhanratu IX, Kecamatan Labuhanratu, Kabupaten Lampung Timur, Jumat (17/7/2020), Hariyono mengaku bisa mengenali nama burung sebanyak 300 jenis di dalam hutan TNWK. Uniknya, tanpa melihat secara langsung bentuk fisik burung, pria beranak satu itu bisa mengenali nama burung dengan mendengarkan kicaunya.

"Dari 300 spesies burung yang ada di hutan TNWK ini saya bisa menebak jenisnya, hanya dengan mengenali suaranya apa lagi melihat langsung," sebut Hariyono.

Ilmu yang dipelajari secara otodidak itu, menjadi modal baginya sebagai pemandu para pengamat burung dari mancanegara, para pengamat burung yang sering dia dampingi mayoritas dari Australia, Amerika, Italia, dan negara Eropa lainnya.

"Mayoritas dari Australia, sekali mendampingi lima sampai sepuluh pengamat, baik dari kalangan mahasiswa hingga orang umum," terang pria 33 tahun itu.

Hebatnya lagi, meski hanya sampai mengenyam di bangku pendidikan SLTA, Hariyono mampu mengimbangi wisatawan dengan menggunakan bahasa Inggris. "Kalau mendampingi ya bahasa yang digunakan bahasa Inggris, ya alhamdulillah saya paham dan bisa mengimbangi," tuturnya. 

Keuntungan ilmu yang dimilikinya dengan memahami jenis burung melalui kicauan, sangat membantu para pengamat burung dari berbagai mancanegara khususnya yang dia dampingi. Sebab para pengamat burung itu memiliki target beberapa jenis burung yang harus diketahui guna membuktikan masih ada atau tidak spesies burung yang diharapkan untuk sebuah studi. 

"Kalau tidak bisa melihat secara langsung tentu saya bisa menjelaskan keberadaan burung dengan suara yang dikeluarkan, kalau di hutan kan pohon tinggi-tinggi, jika burung ada di ujung pohon dan tidak bisa dilihat secara jelas, baik melalui alat elektronik, saya bisa menentukan jenisnya dengan suara burung dimaksud," terang Hariyono.

Selain itu ia menuturkan, pengamat burung dari Australia suka mengamati burung yang aktif di malam hari, tentu yang lebih efektif untuk mengenali burung tersebut dengan suaranya. Hal itu menjadi tantangan sendiri bagi wisatawan asing khusus pengamat burung di  malam hari. "Biasanya saya mendampingi sampai tiga hari, bermalam di Hutan TNWK," ucapnya.

Hariyono mengaku menjalani profesi sebagai pemandu wisatawan asing khusus pengamat burung di wilayah Hutan TNWK sudah berjalan selama sepuluh tahun. Namun Hariyono tidak bekerja dengan TNWK melainkan dengan pemilik penginapan khusus wisata asing bernama Ecoloth yang berada di Desa Labuhanratu IX, Kecamatan Labuhanratu. 

"Awalnya saya hanya sebagai perawat taman penginapan Ecoloth, karena saya sering diajak wisatawan masuk hutan, saya sambil belajar memahami tabiat burung dan memahami suaranya," kata dia. (*) 

Editor :