Usaha Kecil Pengasapan Ikan di Lamtim Luput dari Perhatian Pemerintah

Sugianto warga Desa Kebundamar, Kecamatan Mataram Baru, Lampung Timur sedang mengolah ikan asapan. Foto: Agus Susanto/kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Lampung Timur - Usaha mikro kecil menengah (UMKM) berupa pengasapan ikan laut, banyak di tekuni warga Desa Kebun Damar, Kecamatan Mataram Baru, Lampung Timur (Lamtim).
Sedikitnya ada 20-an kepala keluarga yang menekuni usaha mandiri ikan asapan tersebut. Namun ironisnya, usaha yang dilakoni oleh warga menengah kebawah itu tidak pernah mendapat asupan modal dari pemerintah atau bimbingan pelatihan tentang usaha UMKM.
Mereka yang menggantungkan diri menjadi pelaku usaha rumahan membuat ikan asapan karena tidak ada pekerjaan lain, atau tidak memiliki lahan pertanian, sehingga lebih menekuni usaha yang membutuhkan waktu ekstra, membutuhkan modal setiap hari, dengan mengais keuntungan rata-rata 10 persen dari modal yang dikeluarkan.
"Setiap hari modal yang kita keluarkan Rp2 juta untuk beli bahan ikannya, dan jika dagangan habis keuntungan Rp200 ribu dari modal Rp2 juta," terang Solekah, perempuan 35 tahun pelaku usaha ikan asapan tersebut, Jumat (26/5/2020).
Diungkapkannya, bahan baku utama yang di gunakan yaitu ikan laut jenis pare, cucot dan krisi. Setiap hari Solekah membeli ikan laut tersebut sebanyak 2 kwintal dengan modal yang dikeluarkan Rp2 juta, ikan laut dia dapat dari perairan laut Labuhan Maringgai, Lampung Timur. "Setiap hari di anter sudah ada langganan," ujar ibu dua anak itu.
Dari dua kwintal ikan yang dibelinya, kata Solekah, lalu diolah menjadi ikan asapan. Proses pengasapan pun membutuhkan waktu tiga jam, di atas tempat panggang dengan kapasitas ikan 40 kilogram. Sebelum ikan-ikan itu diletakkan di atas bara api, lebih dulu ikan ikan tersebut direbus selama 5 menit, lalu setelah kotoran ikan dibersihkan, ikan-ikan itu dipotong dengan ukuran genggaman orang dewasa, setelah bersih dan dipotong lalu diasap.
Solekah yang sudah 12 tahun melakoni usaha ikan asapan itu mengatakan, dengan keuntungan rata rata 10 persen sebenarnya tidak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan, terutama waktu pengasapan yang butuh waktu lama, untuk mengasapi ikan sebanyak 1 kwintal dengan alat pengasap satu unit ukuran 1x2,5 meter membutuhkan waktu hingga 6 jam.
"Satu kali melakukan pengasapan sebanyak 40 kilo butuh waktu 3 jam, jika 100 kilo maka perlu waktu 7 jam. Biasanya kami mulai mengasap ikan jam 5 sore, memang ringan untuk tenaga tapi waktu istirahat malam banyak terbuang untuk pengasapan," ucapnya.
Lalu ikan-ikan asapan yang dibuatnya, setiap pagi di pasarkan di pasar tradisional di sekitar Lampung Timur. Solekah mengaku sudah tujuh tahun terakhir pemasaran ikan asapan mulai menurun, tingkat pembeli tidak sebanyak tujuh tahun silam. Ia juga tidak tahu apa penyebabnya.
Namun tidak ada usaha lain yang bisa dilakoni oleh perempuan lulusan sekolah dasar (SD) itu, sehingga lebih memilih bertahan dan sabar dalam menjalani usaha membuat ikan asapan bersama suaminya, selain itu keluarga besar Solekah mayoritas melakoni usaha pembuat ikan asapan di Desa Kebun Damar tersebut. (*)
Berita Lainnya
-
Potret Kerukunan Saat Idul Adha di Lampung Timur, GMK Kristiani Ikut Jaga Jamaah
Jumat, 06 Juni 2025 -
Lansia di Labuhan Ratu Lamtim Meninggal Usai Terjatuh ke Sumur
Kamis, 05 Juni 2025 -
Dari Ladang ke Meja Makan: Strategi Lampung Timur Tingkatkan Nilai Tambah Jagung
Kamis, 05 Juni 2025 -
Sinergi TNI dan Pemda Lampung Timur Rampungkan TMMD ke-124 di Desa Itik Rendai
Rabu, 04 Juni 2025