• Senin, 09 Juni 2025

Harga Anjlok, Petani di Lamtim Biarkan Cabai Membusuk di Pohon

Rabu, 10 Juni 2020 - 13.49 WIB
80

Sejumlah warga memetik Cabai milik Sugito yang dibiarkan membusuk dan tanpa di suruh membeli. Foto: Agus/Kupastuntas.co

Lampung Timur - Tanaman cabai seluas 0,5 hektare milik Sugito (34) warga Desa Way Areng, Kecamatan Mataram Baru, terpaksa di biarkan membusuk, rasa kecewa tersebut disebabkan dengan harga yang begitu murah tidak sesuai dengan modal tanam. 

Sebelum Idul Fitri pernah di lakukan panen dengan harga 15 ribu per kilo, selama tiga kali panen dengan harga 15 ribu per kilo. Namun setelah Idul Fitri cabai milik nya di tawar oleh pengepul seharga 3 ribu per kilo.

Video : Lampung Masuk New Normal, Para Jomblo Yang Mau Nikah SudahBisa Datang Ke KUA | Podcast Bersama Wakil Gubernur Lampung, Chusnunia Chalim

Dengan tawaran seharga 3 ribu, membuat Sugito frustrasi dengan menolak tawaran pengepul dan memilih tanaman nya membusuk di pohon. "Saya melakukan hal tersebut karena kecewa dengan tawaran pengepul," ujarnya.

Ia mengatakan, untuk perawatan tanaman cabai seluas 0,5 hektare, ia harus menghabiskan modal sekitar 40 juta. " Namun hasil panen 3 kali yang sudah saya lakukan hanya mendapatkan hasil 10 juta, artinya kerugian yang di alami 30 juta, ini belum termasuk tenaga," terang Sugito

Ia menilai merosotnya harga cabai di prediksi dampak dari Covid-19 yang mewabah beberapa bulan terakhir ini. "Kemungkinkan besar jatuhnya harga cabai karena wabah Corona dan tingkat daya beli juga sangat menurun," ungkapnya.

Sugito memprediksi jika tidak terjadi Covid-19, tanam cabai miliknya bisa membawa rejeki berlimpah, sebab paska Idul Fitri, masyarakat lazimnya banyak yang mengadakan resepsi baik pernikahan atau khitanan namun karena Corona, Pemerintah menghentikan kegiatan yang mengundang banyak orang, sehingga pembeli cabai berkurang.

"Bukan kami menyalahkan pemerintah yang tidak mengijinkan resepsi, namun menggambarkan bahwa resepsi merupakan mesin perputaran ekonomi yang sangat berpengaruh bagi masyarakat seperti kami," ucapnya.

Sugito mengaku mulai melakukan penanaman cabai pada Februari lalu dan pada tiga bulan sebelumnya belum ada informasi wabah Corona.

"Waktu bulan Februari lalu, saya dengar Corona hanya di TV namun, saya tidak menyangka dampaknya akan seperti ini," keluhnya. (*)

Editor :