• Selasa, 13 Mei 2025

Fenomena Manusia Gerobak, Ini Kata Kasatpol PP Bandar Lampung Suhardi

Minggu, 03 Mei 2020 - 19.55 WIB
938

Salah satu potret 'Fenomena Manusia Gerobak' di Bandar Lampung. Foto: Sri/Kupastuntas.co

Sri

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - 'Manusia Gerobak' istilah yang merujuk pada mereka yang berkeliling menarik gerobak di jalanan dan ada juga yang sampai membawa serta keluarganya. Fenomena manusia gerobak melekat saat memasuki periode Ramadan, termasuk Bandar Lampung.

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kasatpol PP) Bandar Lampung, Suhardi Syamsi mengatakan, bahwa hal itu merupakan fenomena tahunan, yang biasanya lebih banyak jumlahnya ketika di bulan suci ramadan.

"Mereka menganggap, bulan suci ini bisa mendatangkan berkah yang banyak. Oleh karena itu, kita tetap akan menertibkan. Kita sudah melakukan penertiban, hanya saja belum semua. Sebagian sudah ditangani secara maksimal," ujarnya, Minggu (3/5/2020).

Suhardi menyampaikan, ke depan pihaknya akan melakukan penertiban ini secara terus menerus. "Sebelumnya juga sudah pernah kita tangkap sampai 30 orang. Kemudian kita data, kita kasih imbauan dan kita minta mereka untuk tidak beraktifitas seperti ini, baru kita lepas lagi," katanya.

Diakuinya, hal itu belum efektif. Paling tidak, ini memberikan shock therapy kepada mereka, bahwa apa yang mereka lakukan tidak dikehendaki warga masyarakaat pada umumnya.

Menurutnya, yang melatar-belakangi mereka melakukan itu merupakan persoalan ekonomi. Tidak mungkin orang kaya melakukan itu, bisa jadi karena pengaruh covid-19. Tentunya ini juga bisa jadi karena banyaknya PHK. Sehingga ini juga bisa mempengaruhi situasi tersebut.

"Saya pastikan semua pengemis ini bukan hanya masyarakat Bandar Lampung. Mayoritas dari luar Bandar Lampung. Ke depan kita akan berkoordinasi dengan kabupaten lain, dalam artian mereka yang sudah kita suruh pulang ke rumahnya masing-masing untuk dicarikan solusinya," paparnya.

Menurutnya, dengan permasalahan tersebut, solusi baiknya adalah bagaimana pemerintah mempunyai panti pembinaan terhadap mereka. Dimana nantinya mereka dibimbing dengan ikut berbagai pelatihan.

"Masalahnya memang kita tidak punya solusi akhir, memang bagusnya kita punya panti pembinaan. Jadi mereka bisa kita amankan mereka bisa kita bina. Kita berikan keterampilan, syukur-syukur kita berikan modal, baru kemudian kita lepas. Tapi kalau kita hanya berikan nasehat, itu hanya untuk kuping tapi bukan untuk perut," tegasnya. (*)