Banyak Negara Marah, Oleh Zainal Hidayat, S.H.
Bung Kupas - Sejumlah negara mulai marah dengan adanya penyebaran virus Corona yang hingga kini makin meluas. Negara China sebagai tempat pertama munculnya virus mematikan itupun, kini menjadi sorotan. Kemarahan sejumlah negara ini dilampiaskan dalam bentuk gugatan class action untuk meminta ganti kerugian kepada Negara Panda itu.
Sejumlah negara itu berdalih, China dianggap telah lalai dalam menangani wabah Covid-19 dan berusaha menutupinya saat pertama kali muncul di kota Wuhan pada Desember 2019 lalu. Sehingga dampaknya kini wabah itu sudah menyebar hingga ke ratusan negara.
Gugatan itu salah satunya dilayangkan ribuan warga Amerika Serikat dengan menandatangani class action di negara bagian Florida. Mereka meminta kompensasi dan pertanggungjawaban dari China atas pandemi Covid-19.
Gugatan class action juga diajukan oleh salah satu bisnis Las Vegas yang sedang mencari miliaran dolar sebagai ganti rugi atas nama lima bisnis lokal. Gugatan itu mengklaim bahwa Pemerintah China seharusnya berbagi lebih banyak informasi tentang virus, tetapi mengintimidasi dokter, ilmuwan, jurnalis, dan pengacara sambil membiarkan penyakit Covid-19 menyebar.
Selain Amerika, ada juga Israel. Sebagaimana dilaporkan Jerusalem Post, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Israel Shurat HaDin berencana untuk mengajukan gugatan class action terhadap China.
Alasan dari gugatan tersebut sama dengan yang disebutkan Amerika, yaitu karena kelalaian China dalam menangani wabah yang kini sudah menginfeksi lebih dari 2,4 juta orang di seluruh dunia itu.
China kemungkinan harus membayar kompensasi sebesar US$ 6 triliun atau sekitar Rp 90 ribu triliun (estimasi kurs Rp 15.000/dolar), menurut Daily Examiner.
Inggris juga telah mempertimbangkan tuntutan serupa pada awal April lalu. Inggris sedang mempertimbangkan tuntutan yang mungkin akan diajukan ke PBB dan Mahkamah Internasional setelah mencurigai China melakukan kelalaian dalam menangani wabah Covid-19, menurut laporan Express pada 5 April.
Menanggapi gugatan itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang tidak tinggal diam. Ia menilai “menyerang" negeri itu tak akan mampu mengembalikan waktu dan nyawa karena Covid-19.
"Masyarakat AS harus jelas terkait hal ini: China bukan musuh mereka," ujar Geng dalam konferensi pers seperti dilansir CNN International. Menurutnya, komunitas internasional harus bersatu untuk memenangkan perang melawan virus corona. Ia berharap orang-orang di AS menghargai fakta, sains, dan konsensus internasional.
“Mereka harus berhenti menyerang dan menyalahkan China, membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab, dan lebih fokus pada situasi domestik dan kerja sama internasional," jelas Geng.
Terlepas dari itu semua, satu hal yang paling utama saat ini adalah bagaimana melakukan berbagai upaya agar Covid-19 bisa cepat diatasi. Keselamatan dan kesehatan manusia di atas segala-galanya, dibandingkan kerugian materiil yang kini ditimbulkan.
Teringat pidato Presiden Ghana, Nana Akufo Addo, “kita tahu cara menghidupkan kembali ekonomi, tapi kita tidak tahu cara menghidupkan kembali manusia”. “Salus populi suprema lex esto”, keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi. (*)
Berita Lainnya
-
Dinamika Pilkada Serentak 2024 di Tengah Transisi Kepemimpinan Nasional, Oleh: Donald Harris Sihotang
Selasa, 23 Juli 2024 -
Pemeriksaan Kejagung, Ujian Berat Eva Dwiana Menjelang Pilkada Bandar Lampung 2024, Oleh: Donald Harris Sihotang
Rabu, 17 Juli 2024 -
Kota Baru, Menghidupkan Kembali Impian yang Terbengkalai di Pilkada Gubernur Lampung 2024, Oleh: Donald Harris Sihotang
Senin, 15 Juli 2024 -
Pilkada 2024: Perubahan Regulasi dan Dampak Politik Dinasti, Oleh: Donald Harris Sihotang
Rabu, 03 Juli 2024