Bertaruh Nyawa, Oleh Zainal Hidayat, S.H.
Bung Kupas - Tenaga medis baik dokter dan perawat sebagai garda terdepan dalam penanganan pasien yang terinfeksi virus Corona, menanggung risiko yang sangat berat termasuk bertaruh nyawa. Jika peralatan dan perlengkapan medis yang dibutuhkan tidak terpenuhi secara maksimal, maka tenaga medis pun rentan terpapar Covid-19.
Selain kendala kurangnya Alat Pelindung Diri (APD), tenaga medis juga menghadapi hambatan sikap pasien yang tidak kooperatif dalam misinya menyembuhkan pasien yang terinfeksi virus Corona. Dampaknya, tidak sedikit tenaga medis yang akhirnya mengorbankan nyawa akibat terpapar virus mematikan itu.
Hingga Minggu (5/4/2020), Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat sudah ada 18 dokter dan 6 dokter gigi yang wafat saat melaksanakan tugas. Humas IDI, Halik Malik menjelaskan, setidaknya sudah ada 18 dokter dan 6 dokter gigi yang gugur mendahului sejawat dalam menghadapi pandemi Corona ini.
Ada dua anggota IDI terakhir meninggal dunia dengan status Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Corona. IDI menyebut kedua dokter tersebut sempat dirawat di RSPP (Rumah Sakit Pusat Pertamina) dan di Rumah Sakit Pelni (Pelayaran Nasional Indonesia), Jakarta.
"Iya keduanya PDP Covid-19. Dokter Heru Sutantyo dirawat di RSPP Jakarta dan dr Wahyu Hidayat SpTHT dirawat di Rumah Sakit Pelni, Jakarta," kata Halik Malik, Minggu (5/4).
Bukan hanya di Indonesia, di negara tetangga Filipina juga sudah ada sejumlah dokter yang menjadi korban usai merawat pasien virus Corona. Asosiasi Medis Filipina mencatat hingga 27 Maret 2020 sudah ada sembilan dokter meninggal dunia karena virus tersebut.
Diduga kuat, para petugas kesehatan di sana juga tidak mendapatkan perlindungan yang cukup. "Jika itu terserah saya, tes-lah para garis terdepan lebih dahulu dan tes lagi setelah tujuh hari. Dokter bisa jadi pembawa virus sendiri," kata Dr. Benito Atienza, wakil presiden Asosiasi Medis Filipina.
Tiga rumah sakit besar di Manila pun sudah mengumumkan telah mencapai kapasitas penuh dan tidak akan lagi menerima kasus virus Corona baru. Bahkan ratusan staf medis tidak lagi menerima pasien karena mereka menjalani 14 hari karantina sendiri setelah diduga terpapar Corona.
Tunjangan tambahan yang diberikan pemerintah tidak sepadan dengan taruhan nyawa para tenaga medis. Dimana para dokter spesialis diberikan tunjangan Rp15 juta per bulan; dokter umum dan dokter gigi Rp10 juta per bulan, sementara untuk bidan dan perawat akan diberikan Rp7,5 juta per bulan dan tenaga medis lain Rp5 juta per bulan.
Apalagi saat ini jumlah pasien positif Corona di Tanah Air juga terus bertambah setiap harinya. Begitu pun dengan jumlah yang meninggal dunia. Jika perlengkapan tenaga medis masih belum dipenuhi secara maksimal, peluang bertambahnya korban jiwa dari tenaga medis masih akan bisa terus terjadi. Ditambah, perilaku masyarakat yang belum sepenuhnya mentaati imbauan pemerintah untuk tidak keluar rumah, mencuci tangah sesering mungkin serta memakai masker jika bepergian.
Semakin banyaknya jumlah pasien yang terpapar virus Corona, maka akan semakin kewalahan tenaga medis untuk melakukan penanganan maupun upaya penyembuhan. Dukungan pemerintah dalam hal melengkapi APD tenaga medis menjadi kebutuhan utama. Ditambah sikap masyarakat untuk mentaati aturan dan imbauan pemerintah, menjadi dukungan tambahan agar bisa cepat membasmi wabah virus Corona. (*)
Artikel ini sudah terbit di SKH Kupas Tuntas Edisi Cetak, Senin (06/04/2020) dengan judul 'Bertaruh Nyawa'
Berita Lainnya
-
Dinamika Pilkada Serentak 2024 di Tengah Transisi Kepemimpinan Nasional, Oleh: Donald Harris Sihotang
Selasa, 23 Juli 2024 -
Pemeriksaan Kejagung, Ujian Berat Eva Dwiana Menjelang Pilkada Bandar Lampung 2024, Oleh: Donald Harris Sihotang
Rabu, 17 Juli 2024 -
Kota Baru, Menghidupkan Kembali Impian yang Terbengkalai di Pilkada Gubernur Lampung 2024, Oleh: Donald Harris Sihotang
Senin, 15 Juli 2024 -
Pilkada 2024: Perubahan Regulasi dan Dampak Politik Dinasti, Oleh: Donald Harris Sihotang
Rabu, 03 Juli 2024