Tinggal di Gubuk Reot, Nenek Maryam Harapkan Bantuan Pemerintah
Lampung Selatan - Ironi, Siti Maryam (66), warga Dusun II, Desa Merak Belantung, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan, harus bertahan hidup tinggal di sebuh gubuk reot.
Tinggal di rumah yang masih berdinding geribik, nenek Maryam hanya ditemani oleh sang cucu.
Menurut salah seorang relawan sosial di Lampung Selatan Isrul Yani, kondisi rumah tinggal milik nenek Maryam sungguh memperihatinkan. Apa lagi posisi rumahnya berada tak begitu jauh dari kantor Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan.
"Miris sekali saat kami melihat kondisi rumahnya tadi, kondisinya sudah hampir roboh dan agak miring ke belakang," jelasnya, Sabtu (7/3/2020).
Ia pun mengaku sedikit kecewa, karena tidak ada pihak yang peduli terhadap kondisi masyarakat yang benar-benar layak mendapatkan bantuan.
"Harapan kami, pemerintah mulai dari desa, kecamatan dan daerah dapat menindaklanjuti perihal tempat tinggal nenek Maryam ini. Datang kesini, lihat sendiri bagaimana kondisinya. Harusnya ada sebuah kepekaan dari pemerintah," ucapnya dengan nada kecewa.
Sementara itu, Maryam menyatakan, hal yang paling ditakutinya yakni manakala hujan turun, apa lagi disertai angin kencang. Ia khawatir, rumah yang ditinggalinya selama puluhan tahun itu akan roboh.
"Takut mas, paling saya baca Al-Quran kalau lagi hujan, supaya dijauhkan dari marabahaya. Kalau hujannya malam, saya tidak pernah tidur, ngeri rumah ini roboh dan juga atapnya pada bocor semua," ucapnya.
Kekhawatirannya itu bukan tanpa alasan, mengingat bangunan rumahnya itu berdiri tanpa pondasi, sehingga tidak memiliki kekuatan.
"Ya, rumah ini memang milik kami, inilah kenang-kenangan suami saya semasa hidup," jelasnya.
Ia pun mengaku, dulu sempat ada petugas dari desa yang memfoto kondisi rumahnya, namun dia tidak tahu dokumentasi foto rumahnya itu untuk apa. "Ya, cuma dibilang sabar ya nek, ya gitu aja," ucapnya.
Lebih jauh ia bercerita bila dari hasil pernikahannya, Maryam memiliki lima orang anak. Namun, tiga orang anaknya telah meninggal dunia. Sedangkan dua orang anaknya yang berjenis kelamin perempuan sudah menikah dan tinggal bersama sang suami.
"Saya punya anak lima, tiga laki-laki dua perempuan. Dan yang laki-laki meninggal semua, sedangkan yang perempuan sudah menikah. Ya, namanya perempuan mas, pasti ikut suaminya," jelasnya.
Maryam menambahkan, aktivitas kesehariannya bekerja mencari kerang dan siput laut. Itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari dalam bertahan hidup dan membayar biaya sekolah sang cucu.
Ketika ditanya, apakah dirinya mendapatkan bantuan dari pemerintah, Ia mengaku pernah, bantuan dari Program Keluarga Harapan (PKH), di mana pencairannya empat kali dalam setahun. Dan pada pencairan terakhir ia menerima Rp200.000.
Parahnya lagi, keluarganya dikeluarkan dari penerima program PKH tersebut, dengan alasan bantuan itu diberikan untuk anak kandung. Sementara status yang tinggal bersamanya adalah cucunya.
"Ya, katanya dikeluarkan dari program PKH itu, karena penerima bantuan itu bukan anak kandung, tapi cucu. Karena bapaknya sudah meninggal, jadi nggak bisa lagi katanya," kata Maryam sambil tertunduk lesu. (*)
Berita Lainnya
-
ASDP Sebut Tarif Penyeberangan Bebas PPN 12 Persen
Kamis, 09 Januari 2025 -
Polisi Bekuk Satu Pembobol Toko di Candipuro Lamsel, 3 Pelaku DPO
Kamis, 09 Januari 2025 -
DPRD Lamsel Setujui Pemekaran Kabupaten Baru Bandar Negara, Akan Meliputi Lima Kecamatan
Rabu, 08 Januari 2025 -
Kabupaten Lampung Selatan 'Surga' Rokok Ilegal, Dipasok dari Jawa Hingga Batam
Rabu, 08 Januari 2025