Paralon Pembuangan Air Rumah Sakit Graha Husada Mengalir ke Sungai

Paralon pembuangan air milik RS Graha Husada yang mengalir ke sungai hingga kerap menebar bau menyengat bagi warga sekitar. Foto: Sri
Bandar Lampung - Paralon pembuangan air Rumah Sakit Graha Husada sengaja dibuat menjorok ke sungai. Sehingga saat air pembuangan dari rumah sakit jatuh ke sungai, aroma tidak sedap langsung menyengat.
Warga yang tinggal di belakang Rumah Sakit Graha Husada hingga kini masih merasakan bau menyengat, yang diduga berasal dari limbah infus dan obat-obatan.
Pantauan di lokasi, sejumlah rumah berada tepat di belakang Rumah Sakit Graha Husada. Jarak rumah sakit dan rumah warga hanya dibatasi oleh aliran sungai. Pada bagian tembok belakang rumah sakit, terlihat beberapa ujung paralon yang diduga tersambung dari dalam rumah sakit mengarah ke sungai.
Dari ujung paralon-paralon itulah mengeluarkan busa yang baunya tak sedap seperti bau infus dan obat-obatan. Yurnia (42), warga yang tinggal di belakang Rumah Sakit Graha Husada menuturkan, setiap pagi keluarganya masih mencium bau infus dan obat-obatan yang keluar dari paralon rumah sakit.
"Tidak hanya musim kemarau, musim hujan seperti sekarang pun,masih sering mencium bau menyengat seperti bau infus dan obat-obatan," ungkapnya, Selasa (28/1/2020).
Ia mengungkapkan, bau infus dan obat-obatan itu tercium bersamaan dengan air yang mengalir dari beberapa paralon milik rumah sakit yang langsung mengalir ke sungai.
"Kalau pagi hari sering bau infus gitu. Mungkin dari paralon ini keluar busa-busa itu," ujarnya. Ia berharap, pihak rumah sakit bisa membenahi pembuangan airnya sehingga tidak menebarkan bau menyengat yang mengganggu warga sekitar.
Sebelumnya, Humas Rumah Sakit Graha Husada, Shanty saat dihubungi mengatakan hingga kini belum ada laporan masyarakat yang mengeluhkan adanya bau limbah rumah sakit.
"Selama ini belum ada laporan masyarakat yang mengeluhkan (bau limbah) infus. Dan kami juga terbuka jika ada masyarakat yang ingin komplain. Tetapi sejauh ini belum ada laporan dari masyarakat, dan nanti coba saya telusuri," ujarnya.
Ia berdalih, masyarakat mencium bau infus karena rumahnya dekat dengan rumah sakit. "Tetapi kita sesuai kok dengan prosedur, baik dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH)," imbuhnya.
Ia menerangkan, semua limbah rumah sakit harus dinetralkan dulu dan itu ada prosesnya. "Ya kita di sinikan tidak punya incinerator (alat penghancur limbah rumah sakit), jadi kita bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu dengan transporter PT Bioteknika. Kalau untuk pengolahnya di PT Wastek di Cilegon," kata dia.
Ia menambahkan, pengangkutan limbah biasanya dilakukan empat sampai lima hari sekali menggunakan mobil. "Namun jika dua atau tiga hari TPS sudah penuh, kita telepon pihak transporter untuk mengambilnya," paparnya.
Ia menambahkan, di bagian cleaning service juga sudah paham sampah-sampah tersebut dibuangnya kemana. "Untuk sampah medis dibuangnya di TPS medis, dan sampah nonmedis dibuangnya ke TPS non medis," ujarnya.
Berita Lainnya
-
DPD PDI Perjuangan Lampung Luncurkan Program Rumah Partisipasi Publik di HUT ke-80 RI
Minggu, 17 Agustus 2025 -
Ketua LVRI Lampung: Tugas Generasi Muda Adalah Mengisi Kemerdekaan
Minggu, 17 Agustus 2025 -
PDI Perjuangan Lampung Peringati HUT ke-80 RI, Sudin: Kemerdekaan Harus Diisi dengan Kerja Nyata
Minggu, 17 Agustus 2025 -
HUT ke-80 RI, Gubernur Lampung: Jadikan Semangat Sebagai Energi Membangun Menuju Indonesia Emas 2045
Minggu, 17 Agustus 2025