• Minggu, 22 Desember 2024

TAJUK: Simalakama Driver Gojek

Rabu, 15 Januari 2020 - 09.22 WIB
153

Herwanda Pratama.

TAJUK - Sebagai mitra, driver Gojek sering merasa keberatan dengan beberapa kebijakan perusahaan. Salah satunya bonus harian melalui sistem poin. Sulitnya mendapat poin maksimal, memaksa mereka memperpanjang jam kerja.

 

Bagi kita yang sering menggunakan transportasi online bernama Gojek untuk mobilitas sehari-hari, pasti sering ditawari oleh driver-nya dengan pertanyaan, “Tolong Bintang 5 ya Mas/Mbak”

 

Pertanyaan ini hampir selalu saya terima ketika menggunakan aplikasi mereka. Tentu saja mereka berharap, saya bersedia. Jika tidak berkurang bintang 5 maka siap-siap saja driver tersebut diberi lampu kuning oleh Perusahaan.

 

Dengan aturan poin, bahkan aturan menjelimet lainnya, membuat para driver merasa terbebani sehingga mereka protes dan demo. Akan tetapi demo tersebut berujung pada pemecatan.


Seperti di Bandar Lampung, 48 akun Mitra Gojek diputus massal karena mereka menggelar demo beberapa bulan lalu. Sehingga mereka pun mengggangur. Apa salah driver Gojek tersebut? Padahal mereka demo untuk menyampaikan aspirasi.

 

Jika memang mereka adalah bagian dari mitra, seharusnya posisinya sejajar. Sehingga, para driver ini bakal dilibatkan secara struktural dan formal. Nah, kalau para driver ini benar-benar dilibatkan dalam pembuatan aturan, apakah mungkin mereka akan melakukan demo untuk menuntut aturan tersebut?

 

Coba kita lihat, dalam Gojek, kira-kira siapa yang menentukan aturan main, tarif, poin, dan bonus? Apakah driver juga turut menentukan hal tersebut? Jika memang iya, mengapa banyak driver yang justru keberatan dan bahkan tidak mengetahui aturan main yang selalu berubah?

 

Sebagai anggota mitra perusahaan, para driver pun harus mengeluarkan modal sendiri, mulai dari kendaraan, bensin, serta uang untuk pulsa hingga paket data. Dengan seluruh keringat, waktu, air mata, tenaga, dan modal yang dikeluarkan oleh para mitra, apa yang kemudian mereka dapatkan di luar bonus harian.

 

Masukan juga kepada PT Gojek agar jangan gegabah dalam melakukan pemutusan tersebut, sebab mitra adalah bagian dari perusahaan, dan seharusnya Gojek pun memberikan kebebasan berpendapat kepada Mitra. (*)


Baca berita lainnya terkait Gojek atau tulisan lainnya dari Herwanda Pratama


Editor :