Kangen Susi Pudjiastuti

Susi Pudjiastuti. Foto: Ist
Bandar Lampung - Memanasnya situasi di perairan Natuna selama beberapa hari terakhir, langsung mengingatkan saya dengan sosok mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Susi Pudjiastuti. Apalagi, persoalan di perairan Natuna muncul, dipicu masuknya kapal ikan milik nelayan China di wilayah teritorial Indonesia.
Saya sangat yakin, jika Susi Pudjiastusi masih dipercaya menjabat menteri KKP, persoalan di perairan Natuna saat ini tidak akan pernah muncul. Pasalnya, saat Susi menjabat selalu bersikap tegas dan berani menangkapi setiap kapal dari negara manapun yang terbukti melakukan pencurian ikan atau ilegal fishing di perairan Indonesia.
Plt Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Agus Suherman menyebut, sebanyak 558 kapal sudah ditenggelamkan selama Susi Pudjiastuti menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.
Agus juga menyebutkan, jika selama ini ada ribuan kapal dari negara asing sudah memasuki perairan Indonesia secara ilegal. Selain mencuri ikan, mereka juga menyelundupkan narkoba, mengambil satwa yang dilindungi, dan memakai bahan bakar minyak (BBM) subsidi dari Indonesia.
Agus memperkirakan dari penenggelaman kapal-kapal asing ini, nilai aset Indonesia yang berhasil diselamatkan mencapai ratusan triliun rupiah. Ini menjadi indikator, jika selama ini kapal-kapal asing yang masuk wilayah perairan Indonesia telah mencuri banyak aset negeri ini.
Kini, baru beberapa bulan Susi Pudjiastuti tidak lagi menjabat menteri KKP, China mencoba melakukan provokasi dengan mengklaim perairan Natuna. Ini dilakukan dengan adanya kapal perang China yang mengawal kapal nelayan milik warga China, saat sedang mengambil ikan di perairan Natuna.
Sontak, sejumlah menteri langsung melakukan reaksi keras dengan sikap China tersebut. Ironisnya, tidak ada satu sikap dan pernyataan dari menteri-menteri dalam menanggapi provokasi China itu. Ada menteri yang secara tegas meminta kapal China harus diusir dari perairan Natuna. Namun, ada pula menteri yang menyarankan dilakukan diplomasi lebih dahulu.
Jika saja Susi Pudjiastuti masih ada di gerbong kabinet saat ini, mungkin China tidak akan pernah berani melakukan provokasi yang yang dilakukan seperti saat ini. Pasalnya, sebelum provokasi itu muncul, kapal-kapalnya yang terbukti masuk perairan Indonesia secara ilegal akan langsung ditangkap dan ditenggelamkan.
Saya jadi kangen kata-kata Susi Pudjiastusi “Akan saya tenggelamkan”. Kapan lagi ada menteri yang berani bertindak tegas seperti dia, meskipun sosok perempuan. Susi Pudjiastuti ibarat figur “Kartini” masa kini, yang dengan sepenuh hati melindungi wilayah bahari negeri ini. (*)
Telah terbit di Surat Kabar Harian Kupas Tuntas Edisi Rabu, 8 Januari 2020
Berita Lainnya
-
Viral Judi Slot di Metro, Ketika Kota Pendidikan Kehilangan Akal Sehat, Oleh: Arby Pratama
Jumat, 15 Agustus 2025 -
Bendera One Piece, Cermin Kegelisahan dan Harapan Generasi Z, Oleh: Dr. Koderi, M.Pd
Senin, 04 Agustus 2025 -
Verifikasi Media Tanggamus, Transparansi yang Tertunda, Oleh: Sayuti Rusdi
Selasa, 29 Juli 2025 -
Pelajaran dari Masa Lalu: Tiga Sekda Pringsewu dan Kontroversi di Akhir Jabatan, Oleh: Tutor Manalu
Sabtu, 26 Juli 2025