• Jumat, 27 Desember 2024

Baru Bisa Mimpi

Selasa, 12 November 2019 - 07.28 WIB
77

Kupastuntas.co, Bung Kupas - Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setiap tahun mengalami kenaikan. Kenaikan itu dipicu beberapa faktor. Seperti peningkatan pajak daerah, retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah, temasuk dana perimbangan dari Pemerintah pusat.

Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, apakah penyerapan APBD-nya sudah optimal. Tepat sasaran dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat?

Saya sering online di media sosial, seperti facebook dan instagram. Sudah hampir 6 bulan ini memang tidak begitu aktif mengunggah status di media itu, tapi hampir setiap hari saya meluangkan waktu walau hanya sebentar berselancar terutama di media yang didirikan oleh seorang anak muda yakni Mark Zuckerberg itu.

Minggu lalu, ada sebuah status yang menarik perhatian saya. Teman saya itu  menulis, ‘Dari awal begitu terus, kapan bekerjanya’. Ia juga menyertakan foto seorang pejabat tengah menghadiri undangan sebuah organisasi.

Dari status itu, saya menganalisa, kawan ini tengah menggerutu, ia tidak puas, dan bahkan belum merasakan karya nyata dari pejabat tersebut, yang ketika masa proses pemilihan menjanjikan banyak hal. Mungkin, termasuk menjanjikan akan membangun jembatan di daerah yang tidak ada sungainya.

Namun setelah menjabat, yang dilakukannya hanya rutinitas, monoton, tidak ada inovasi. Hampir setiap hari menghadiri undangan dan menerima tamu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, begitu saja.

Menurut Stephen Robbins (1994), inovasi sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa.

Dengan angka APBD yang terus meningkat setiap tahunnya, sejatinya jika punya konsep menata dan membangun daerah, banyak prakarsa dan perbaikan yang bisa dilakukan.

Selama ini, yang terjadi di daerah masih ada kecenderungan pembangunan melampaui kebutuhan dan urgensinya, sehingga sering terjadi pemborosan anggaran. Proyek seperti ini melenceng dari urutan prioritas, lebih kepada kepentingan politis.

Di Lampung, banyak contoh proyek mangkrak yang sudah menghabiskan APBD bahkan sampai ratusan miliar tapi sia-sia. Pemda terlalu berorientasi pada proyek fisik yang hasilnya dapat dilihat secara kasat mata oleh masyarakat, namun tidak terkait langsung dengan upaya peningkatan pendapatan masyarakat.

Menjadi pemimpin itu harus kreatif dan inovatif. Bahkan harus bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang. Kalau hanya sekedar cuap-cuap tapi tidak melahirkan apa-apa, apa bedanya pemimpin dengan pemimpi. Dalam KBBI dikatakan, pemimpi adalah orang yang suka berkhayal, tapi tidak melakukan apa-apa. Ada pepatah lama mengatakan, tong kosong nyaring bunyinya.*)

Telah terbit di Surat Kabar Harian Kupas Tuntas Edisi Selasa, 12 November 2019 berjudul "Baru Bisa Mimpi"

Editor :