• Rabu, 26 Juni 2024

Nelayan di Pesisir Labuhan Maringgai Kompak Tolak Pengerukan Pasir Pulau Sekopong

Kamis, 31 Oktober 2019 - 17.56 WIB
337

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Seluruh nelayan di Pesisir Labuhan Maringgai dan mitra Balai TNWK Wildlife Conservation Society (WCS) menolak keras wacana pengerukan pasir di pulau Sekopong, perairan laut Lampung Timur.

Anggota WCS Sugio mengatakan, Pulau Sekopong berbatasan langsung dengan wilayah resort Kuala Wako: Kuala Kambas yang merupakan bagian hutan TNWK. Pengerukan pasir ditakutkan berdampak buruk terhadap sosial dan lingkungan sekitar.

Menurut Sugio pengerukan tersebut dapat mematikan usaha nelayan di pesisir laut Labuhan Maringgai, terutama wilayah Kuala Penet, sebab Sekopong merupakan lokasi paling tepat untuk mencari ikan, dan menjadi tempat singgah sementara sejumlah nelayan.

"Ini dampak ekonomi yang akan dirasakan nelayan jika Sekopong dikeruk," kata Sugio.

Sugio mengatakan pengerukan juga dikhawatirkan dapat merusak kawasan konservasi laut yang membentang sepanjang pantai timur, terutama Kuala Penet, juga dapat merusak hutan TNWK. Menurutnya, hutan akan mengalami abrasi besar terutama di tiga titik seperti Kuala Wako, Sekapuk dan Kuala Kambas.

"Tiga titik tersebut merupakan bagian hutan penting di TNWK, yang masih banyak dihuni berbagai satwa," kata Sugio.

Menurutnya, persoalan izin yang diberikan pemerintah kepada salah satu perusahaan yang akan melakukan pengerukan perlu dikaji ulang, baik dampak sosial maupun lingkungan.

Sementara itu, Ketua nelayan tradisional Kuala Penet, Asok menolak keras persoalan pengerukan pasir Sekopong sebab Sekopong menjadi tempat nelayan mengais rejeki.

"Di sana nelayan singgah sementara tanpa merusak ekosistem laut, dan wilayah Sekopong tempat berbagai jenis ikan berkumpul," ujar Asok.

Jika pengerukan tetap dilakukan, kata Asok, ribuan nelayan akan bergerak menolak, kata Asok mewakili 1.500 nelayan tradisional setempat.

Asok meminta pemerintah untuk menganalisa dampak yang terjadi.

"Artinya jangan sampai terjadi benturan masyarakat (nelayan) dengan pihak perusahaan, yang akan rugi tetap masyarakat kecil," kata Asok.

Dikatakan Asok, jika Sekopong dikeruk dampak kerusakan ekosistim laut tidak akan terjadi dalam waktu pendek, namun dampaknya panjang. Asok juga mengatakan dampaknya juga bisa berhimbas pada hasil tangkapan ikan.

"Kalau tangkapan ikan menurun drastis akibat kerukan pasir sama artinya pemerintah membunuh ekonomi rakyat kecil," terang Kepala Nelayan Tradisional Kuala Penet tersebut. (Agus)

Editor :