• Jumat, 27 Desember 2024

Gerai Giant Banyak Tutup : Kalah Bersaing dengan Minimarket dan Toko Online

Minggu, 27 Oktober 2019 - 21.22 WIB
1.2k

Kupastuntas.co, Bandar Lampung – Setelah menutup tiga gerainya di Kedamaian, Kemiling dan Metro, kini giliran Giant Antasari yang dikabarkan akan berhenti beroperasi. Isu tersebut berkembang menyusul banyaknya banner diskon bertuliskan “Semua Harus Terjual Sampai Habis” yang dipasang di sekeliling pagar pusat perbelanjaan tersebut.

Berdasarkan pantauan Kupas Tuntas, sejumlah outlet di lantai satu Giant Antasari terlihat tutup. Tempat yang tadinya merupakan outlet makanan dan minuman memilih untuk pindah tempat.

Sementara di lantai dua banyak dipasang banner diskon dengan angka 30 persen serta tulisan “Semua Harus Terjual Sampai Habis”. Antrean panjang dari konsumen yang berbelanja juga terlihat mengular sebab hanya ada beberapa kasir yang dibuka untuk melayani konsumen.

Sementara itu, Pihak Manajemen Giant Ekstra Antasari yang enggan disebutkan namanya, seakan tertutup dengan kabar apakah akan ditutup atau tidak. Namun pihak manajemen menyatakan, obral mulai berlaku hari Jumat (25/10), hingga 22 Desember mendatang.

“Semua produk di sini dapat diskon, obral besar. Diskonnya hingga 30 persen. Tapi, saya tidak bisa sebutkan diskon per item-nya. Sebab, selalu ada pembaharuan harga, setiap hari,” ucapnya.

Ia pun tidak mau menyebutkan alasan pemberian obral. Pun tidak mau menyebut namanya karena kesepakatan manajemen pusat.

“Kami ada etika yang harus ditaati. Maaf, saya tidak bisa bicara soal itu (penutupan Giant Ekstra Antasari). Saya juga tidak bisa sebutkan nama saya,” ungkapnya.

Salah satu kasir yang bertugas membenarkan rencana penutupan Giant Antasari. “Promonya bakal terus dikasih sampai barang habis. Karena rencananya (Giant Antasari) bakal ditutup di pertengahan bulan Desember ini,” katanya.

Diminta tanggapannya, Pengamat Ekonomi CURS (Centra For Urban and Regional Studies), Erwin Oktaviano mengatakan, fenomena tutupnya Giant tidak hanya terjadi di Lampung namun terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.

“Contohnya di Kota depok di Jakarta dan beberapa kota-kota besar lainnya,” ungkapnya.

Menurutnya, ada beberapa faktor terjadi seperti itu, yakni terkait produk-produk yang ada saat ini sudah bisa didapat di minimarket, dan toko-toko yang tersebar di berbagai lokasi.

“Sehingga konsumen tidak perlu jauh-jauh pergi ke Giant atau supermarket lain nya untuk memenuhi kebutuhannya,” ungkapnya.

Yang kedua adalah persaingan harga, pelayanan, dan kualitas. Hal ini dapat di lihat, sebagian besar konsumen kelas menengah keatas, yang merupakan pangsa pasar Giant, lebih suka berbelanja di tempat lainnya darpada di Giant.

“Misalnya di Candra atau di tempat lainnya. Dimungkinkan karna di candra atau di tempat pesaing nya lebih baik harga, pelayanan, dan kualitasnya,” kata Erwin.

Dan yang ketiga adalah, adanya penurunan daya beli masyarakat saat ini, mengingat kondisi ekonomi sedang kurang baik dan daya beli menurun. Sehingga masyarakat cenderung lebih memilih tempat dengan harga yang lebih terjangkau untuk menekan pengeluaran biaya ekonomi.

Yang terakhir adalah terkait dengan perkembangan industri 4.0 dimana sekarang masyarakat lebih suka berbelanja Online, karena barangnya cukup beragam, harga-harga nya cukup bersaing dan banyak pilihan.

“Kemudian mudah dalam hal pembelian dan saat ini sebagian besar situs online shop memiliki jaminan barang sampai dan uang aman sehingga semua sudah terjamin keamanan dan kelancaran transaksinya,” tandasnya.

Sementara itu di Giant, sampai saat ini belum mampu menyesuaikan dirinya untuk ikut menyesuaikan industri 4.0. Sehingga wajar jika Giant semakin lama semakin tergerus kondisinya dan pada akhirnya harus gulung tikar.

Menurutnya, fenomena sepinya pembeli tak hanya terjadi untuk Giant, namun ia berpendapat terjadi di Supermakert lainnya di Bandar Lampung, seperti Lotte Mart dan Hypermat. (Wanda)

Editor :