• Kamis, 26 Desember 2024

Berkah Musim Kemarau, Sugeng Raup Rp 120 Ribu Per Hari

Jumat, 25 Oktober 2019 - 14.06 WIB
176

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Sesosok bayangan perempuan paruh baya, tampak di atas air jernih yang tertampung dalam bak ukuran 38 liter. Ibu dua anak yang diketahui bernama Wati itu bukan bermain air ditengah terpaan suhu panas 35 derajat pada musim kemarau saat ini, namun perempuan berkebaya itu sedang mencurahkan sebuah air bersih yang dibelinya dari pedagang keliling. Jumat (25/10).

Terpaan panas yang menyengat bumi hampir berjalan 4 bulan ini, membuat surut air sumur sejumlah warga Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, "ya mas saya minta tiga jerigen saja, nanti kalau sudah habis saya telpon lagi," kata Wati kepada seorang penjual air keliling.

Ibu rumah tangga tersebut, sengaja membeli air bersih untuk keperluan dapur, untuk mencuci perlengkapan peralatan masak, baju dan sebagian untuk mandi. Kemarau panjang saat ini benar-benar dirasakan sejumlah masyarakat terutama mereka yang tidak memiliki sumur bor.

Menurut Wati, sudah hampir dua bulan penuh dirinya selalu membeli air bersih, sehari dipastikan membeli 6 jerigen ukuran 30 liter per jerigen, "satu jerigen harga 2.500," kata Wati.

Sementara, di tengah terik panas sinar sang surya yang menyengat bumi. Pria bernama Sugeng itu, memanfaatkan momen kemarau untuk berkeliling menjual air bersih, dengan menggunakan alat transportasi berupa sepeda motor yang sudah dimodifikasi, bisa membawa 20 jerigen dengan ukuran 30 liter per jerigen, "sekali jalan bisa dapat uang 60 ribu, sedangkan sehari minimal dua kali keliling, bisa mengantongi uang 120 ribu," ujar Sugeng.

Dengan berkeliling melintasi gang-gang kecil, pria berambut pirang itu mengais rejeki diatas musim kemarau, "air air air air" suara itu keluar di setiap depan rumah warga sambil menjalankan kendaraannya yang lirih.

Hampir setiap rumah memberhentikan jalannya untuk membeli air, dari satu hingga 4 jerigan, antrian ibu-ibu di depan rumah menunggu datang nya penjual air seolah seperti anak-anak yang menunggu penjual jajanan keliling. (Agus)

Editor :