• Minggu, 22 Desember 2024

Kerusakan Lingkungan Makin Parah, Tambang Pasir di Desa Margabatin Lampung Timur Jalan Terus

Senin, 14 Oktober 2019 - 16.58 WIB
421

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Sebuah mobil truk terdengar meraung, dari jarak pandang sekitar 25 meter, laju truk berwarna kuning itu layaknya kapal yang tergoyah ombak, karena kondisi jalan yang dilalui rusak berlubang. Setelah mendekat hingga ke jalan poros Desa Margabatin, Kecamatan Waway Karya, Kabupaten Lampung Timur,  ternyata mobil tersebut bermuatan pasir.  Senin (14/10).

Pantauan Kupastuntas.co, dari jalan poros menuju jalan setapak yang berjarak 500 meter, terlihat sebuah istana tambang pasir dengan suara mesin penyedot pasir meraung bersahutan. Sejumlah gubuk dengan atap terpal plastik menjadi tempat berteduh, lengkap dengan para pekerjanya yang tampak sedang istirahat sambil menikmati makan siang yang sudah disiapkan dari rumah.

Di lokasi ini, kerusakan lingkungan tampak jelas di depan mata. Seperti tumpukan tanah menggunung  tidak terurus, juga lubang galian sedalam 10 meter yang berjajar tidak beraturan. Tidak adanya pembatas apapun dilokasi galian pasir juga membahayakan keselamatan anak anak, padahal lokasi galian pasir tidak begitu jauh dari pemukiman warga.

Di lokasi galian pasir, terlihat enam pekerja buruh penyedot pasir sedang melakukan aktifitas dengan tugas masing masing, ada yang sibuk mengoprasikan mesin, ada juga yang menyangkul pasir yang baru tersedot. Adapula pekerja yang masih tergeletak letih di gubuk peristirahatan nya.

Saat dikonfirmasi, para pekerja mengaku tidak begitu paham perihal izin pertambangan ditempatnya bekerja. "Kami ber enam hanya buruh mas, kalau soal perijinan tidak tahu, yang penting kami kerja dapat upah untuk makan keluarga," ujar pekerja yang mengaku bernama Paijan.

Paijan mengatakan, upah buruh dari aktifitas tambang pasir dalam satu rit nya senilai 90 ribu, sementara dalam satu hari mereka ber enam bisa mendapatkan 10 rit.

"sehari bisa dapat 10 rit, dengan upah 900 ribu kita bagi enam orang," kata Paijan.

Di ujung timur tambang, terdapat beberapa antrian mobil truk yang sedang menunggu muatan. Dua pria bertubuh tambun terlihat semangat menaikan pasir dari tumpukan ke atas bak mobil, terlihat pinggang diikat dengan kain menggambarkan pekerjaan tersebut butuh tenaga ekstra, keringat membasahi wajah dan punggung yang gelap akibat terbakar matahari. Kedua kuli pasir itu hanya mengharapkan upah 50 ribu untuk satu rit pasir.

"Setiap hari disini mangkal nguli pasir," ujar Rohman.

Sementara itu, salah satu Pamong Desa Margabatin yang enggan disebut namanya membenarkan galian pasir sudah berlangsung sejak dua tahun, namun tidak ada kontribusi untuk desa. Dirinya menambahkan, aparatur desapun tidak meminta kontribusi karena galian pasir tersebut tidak resmi.

"Sudah dua tahun, kalau pamong desa gak kuat mas mau menghentikan galian itu, seharusnya anggota dewan itu turun ke lokasi untuk melakukan sidak," kata pamong desa tersebut. (Agus Susanto)

Editor :