• Minggu, 22 Desember 2024

Ritual Tiban : Warga Saling Cambuk Demi Datangkan Hujan

Sabtu, 12 Oktober 2019 - 17.14 WIB
900

Kupastuntas.co, Lampung Timur – Gerakan tubuh mengikuti gamelan (gendeng Jawa), tangan kanan menari sambil menggenggam cambuk yang terbut dari lidi aren. Matanya menatab tajam mencari celah untuk mencabuk tubuh lawan yang mencoba menangkis. Ritual itu berada di Dusun Gesungbesar, Desa Jepara, Kecamatan Way Jepara, Sabtu (12/10/2019).

Sesekali keduanya menari-nari dengan mengikuti ritme gamelan, seolah jiwanya menyatu dengan irama gamelan khas tiban. Tangan kanan mengacung kelangit dengan memainkan cambuk, kepala mendongak keatas menatap langit di tengah terpaan sengatan matahari. Mereka melainkan menggerakan tarian tiban meminta turunnya hujan. Tradisi itu sudah ada sejak puluhan tahun silam dari pulau Jawa.

Ratusan pasang mata pun tertuju kedua penari ritual tiban ini. Goresan luka akibat cambuk tergambar di punggung kedua penari tiban. Darah sedikit mengalir bercampur keringat, seakan rasa pedih tidak terasa. Suara sorak di tengah gamelan yang menggema juga menjadi penyemangat kedua pemain cambuk.

Permainan cambuk yang berdurasi tidak lebih dari 15 menit itu, akan terus berganti dengan pemain baru. “Tidak boleh mencambuk kepala dan mencambuk bagian kemalauan!” suara tegas itu terdengar dari juri ritual tiban menjelang permainan.

Panitia penyelenggara ritual tiban, Supri mengatakan, tradisi tiban ini dilakukan setiap musim kemarau yang berkepanjangan. Bukan semata mengharap hujan dengan melakukan cambuk cambukan, namun tradisi dan hobi sudah menyatu. Persoalan turun hujan tetap dipasrahkan kepada sang pencipta.

“Ini tradisi dan budaya sejak puluhan tahun,” ujar Supri.

Permainan cambuk (tiban) ada aturannya. Semua memikiki kesempatan tiga kali untuk mencambuk lawan, dan itu bergantian.

“Ketangkasan mencambuk dan menangkis merupakan jurus utama, dan juga juri harus bisa menggandengkan lawan yang sepadan,” jelas Supri.

Permainan tiban yang dilakukan dari pukul 13.00 hingga 17.00, tidak kurang dari 20 pertarungan. Supri memastikan pra pemain tiban tidak akan menanam dendam dengan lawannya. Artinya bertarung hanya akan terjadi di arena dan menggunakan prosedur permainan.

“Mereka rata rata komunitas tiban sudah memahami, dan bisa mengendalikan emosi, bermain profesional," tandasnya. (Agus)

Editor :