• Minggu, 22 Desember 2024

Setiap 1 Jam Ada 1 Orang Bunuh Diri di Indonesia

Jumat, 11 Oktober 2019 - 10.15 WIB
306

Kupastuntas.co, Bandar Lampung -Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 800.000 orang per tahun di dunia meninggal karena bunuh diri atau dirata-ratakan per 40 menit, satu orang melakukan bunuh diri.

Hal itu disampaikan anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, Teddy Hidayat, saat peringatan Hari Kesehatan Jiwa 2019, Kamis (10/10/2019).

“Sementara itu kasus serupa di Indonesia mencapai 10.000 orang per tahunnya. Angka tersebut dapat diartikan dalam satu jam, satu orang melakukan bunuh diri di Indonesia,” kata dia.

Dikatakan Teddy, bahwa penyebab orang bunuh diri itu tidak tunggal dan kompleks. Banyak faktor yang menentukan, mulai dari faktor organik, biologis, sosial, ekonomi, gangguan jiwa dan kemiskinan.

“Tetapi tidak semua bunuh diri akibat gangguan jiwa, 80-90 persen orang yang bunuh diri itu ada dalam jalur gangguan jiwa. Yang paling sering depresi," jelasnya.

Teddy melanjutkan, jenis depresi sendiri memiliki tingkatan mulai dari ringan, sedang dan berat. Orang yang melakukan bunuh diri, kata Teddy, masuk kategori depresi tingkat berat.

Menurut Teddy, tidak hanya orang dengan depresi tingkat berat yang berpotensi bunuh diri, gangguan jiwa semisal bipolar juga berpeluang melakukan hal yang sama. Sebanyak 40 persen orang yang depresi, dipastikan memiliki ide untuk berusaha bunuh diri.

"Dan 15 persen lainnya, melaksanakan usaha bunuh diri. Ini ditunjang dari dampak gaya hidup, kenyataan yang tidak sesuai, aspek sosial penyakit, kondisi lingkungan, itu semua berperan," bebernya.

Jika melihat angka bunuh diri di seluruh dunia yang tinggi, Teddy menyebutkan usaha penanganan bunuh diri di negara kelas menengah ke bawah dianggap belum optimal. Indonesia berada dalam kelompok negara tersebut.

Akibatnya, angka bunuh diri di sejumlah negara tersebut sangat tinggi. Data resmi dari WHO, menyatakan 75 persen angka bunuh diri berasal dari negara dengan kondisi ekonomi belum mapan dibandingkan dengan negara maju.

"WHO mengangkat tema ini agar pemerintah atau yang berkepentingan dalam hal ini, lebih perhatian merespon hal ini. Jadi supaya pemerintah, praktisi dan semuanya menanggulangi secara bersama," terang Teddy.

Sementara itu, menurut Ketua Komite Medik Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Lampung, Dr. Tendry Septa, ada dua penyebab orang bunuh diri. Yang pertama memang gangguan jiwa dan orang tersebut mengalami masalah kejiwaan.

“Orang yang gangguan jiwa biasanya tindakan yang dilakukan bunuh diri itu cenderung ekstrim, misalkan melukai diri sendiri, masuk ke sumur dan menggergaji dan segala macem," kata dia.

“Yang banyak melakukan bunuh diri adalah masalah kejiwaan. Jadi stres yang ada di lingkungan kita sehari-hari yang kemudian dia tidak mau mengkomunikasikan kepada siapa-siapa," tambahnya.

Menurut Tendry, jika orang mengkomunikasikan kekeluarganya, kebanyakan pihak keluarga juga cenderung menganggap itu bukan masalah yang besar, sehingga pada saat kasus itu terjadi, baru keluarga itu membawa ke RSJD.

“Dan kasus yang selama ini saya tangani biasanya pasien itu melakukan berkali-kali, baru dikomunikasikan ke kita, padahal itu bisa dicegah dari awal," ungkapnya.

Untuk itu, kata dia, pihaknya mencoba menyosialisasikannya, supaya kedepan kasus angka bunuh diri khususnya di Lampung semakin berkurang.

"Baik itu dilakukan oleh anak-anak, dewasa dan lainnya, dan kalau kita ketahui beberapa waktu lalu, di Lampung ada kasus bunuh diri yang melompat dari salah satu tempat, itu juga sama, karena dia tidak mengkomunikasikan masalahnya kepada siapapun," terangnya.

Ia berpesan kepada masyarakat, jadilah pendengar aktif dan jangan mencoba menceramahi, selanjutnya berusaha kapan pun kita ada untuk orang yang ingin menceritakan masalahnya. (Sri)

Editor :