• Sabtu, 21 September 2024

Menunggu Janji Normalisasi: 200 Hektar Tambak di Ketapang Kekeringan

Senin, 07 Oktober 2019 - 08.46 WIB
43

Kupastuntasc.co, Lampung Selatan - Sejak 6 bulan terakhir, para petambak/petani panami ( udang vename) tradisional di Dusun Parit 8 dan 9, Desa Brundung, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Lampung Selatan, sudah tidak lagi beraktivitas mengelola tambak mereka.

Pasalnya, sejak setengah tahun itu, lahan tambak tradisional para petani udang dan ikan bandeng itu mengalami kekeringan yang sangat parah.

Sejatinya, para petani tradisional tersebut mengandalkan pasokan air dari laut, yang berjarak tak jauh dari lahan tambak mereka. Namun karena aliran parit mengalami pendangkalan, membuat aliran air tidak dapat menjangkau petakan-petakan tambak milik petani di desa setempat.

Darwis salah satu petani/petambak panami tradisional di Desa Brundung menjelaskan, kekeringan lahan sejak terjadinya pendangkalan parit itu mencapai sekitar 200 hektar lahan tambak milik masyarakat.

Harapan petani yakni, pemerintah melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PU-PR) Lampung Selatan, dapat melakukan normalisasi parit/sungai, sehingga air laut dapat mengalir lancar dan selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh para petambak.

"Biasanya itu 5 tahun sekali itu dilakukan normalisasi/pendalam sehingga aliran air laut lancar. Tapi sudah 6 tahun ini tidak ada upaya normalisasi parit, sehingga petakan-petakan tambak masyarakat mengalami kekeringan. Bahkan, aliran parit ke arah tambak warga pun kering dan dipenuhi lumpur," katanya, Senin (7/10/2019).

Ia pun menambahkan, masyarakat sempat dijanjikan oleh pihak dinas PU-PR Lampung Selatan yang akan menormalisasi parit pada tahun 2018 silam dan sempat dilakukan pengukuran, namun hingga kini upaya normalisasi itu cuma menjadi janji tak pasti.

"Kita sudah melaporkan kondisi ini ke pihak kecamatan dan desa, tapi kami suruh buat proposal. Ya namanya orang desa yang awam, kami nggak terlalu paham soal itu. Harapan kami pemerintah hadir menjawab keluhan masyarakat," jelasnya Haji Darwis.

Darwis menjelaskan, jarak laut dengan lahan pertambakan petani setempat, sekitar 2 Km. Karena mengalami pendangkalan parit, air laut hanya mengendap sejauh 500 meter saja.

"Makanya beberapa hari ini masyarakat melakukan normalisasi secara manual supaya aliran air laut lancar. Tapi yang namanya manual, ya segitulah hasilnya. Beda kalau menggunakan alat berat seperti exavator, pasti lebih maksimal," katanya.

Darwis pun menceritakan, sejak mengalami kekeringan lantaran terjadi pendangkalan parit sejak 6 bulan terakhir, para petambak setempat banyak yang beralih profesi. Mulai menjadi tukang bangunan sampai menjadi tenaga upahan. Kalau itu tidak ada, maka kebanyakan dari petani hanya menganggur.

Ia menambahkan, dalam rentan waktu 6 bulan, setidaknya para petambak dapat memanen tambak mereka sebanyak 2 kali. "Panen itukan tiga bulan sekali (normalnya). Sekali panen untuk ukuran perhektar, petani dapat memanen sekitar tiga kwintal (300 Kg) jadi kalau tidak ada aktivitas, bisa dibayangkan berapa kerugian kami," tandasnya. (Dirsah)

https://youtu.be/TEwKGnGn2Tk

Editor :