Mengenal Ruwat, Tradisi Sambut Panen Raya Petani Desa Brajaluhur Lamtim

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Tabuh gamelan dengan irama teratur dari kenong, kendang, gong, dan alat musik lainnya menggema di luasan sawah Desa Brajaluhur, Kecamatan Brajaselebah. Tokoh pewayangan Betarakala seolah menari mengikuti tabuh gamelan. Dengan cekatan tangan pria sepuh (ki dalang) memainkan wayang kulit yang berlatar dinding kain putih selebar 2x1 meter.
Seolah dua benda wayang kulit yang berdiri di atas batang pisang melakukan diskusi, suara dengan irama yang berbeda keluar dari mulut ki dalang yang diketahui bernama Darno Sabdho Carito. Dialog itu dengan bahasa jawa kuno, bersumber dari satu orang (dalang) dan diiringi tabuh gamelan, wayang-wayang yang terbuat dari sari kulit sapi digerakkan sehingga terlihat hidup.
Tokoh-tokoh gambar wayang kulit berjajar di sisi kanan kiri si Dalang, ada juga sesaji seperti jajanan pasar, hasil bumi. Ditambah bau kemenyan menambah suasana sakral di tengah terik panas matahari yang menyengat.
Puluhan petani di bawah tenda dengan seksama menonton pertunjukan wayang kulit. Wayang kulit tersebut sengaja diadakan menjelang panen raya, dengan tujuan dijadikan ritual khusus rasa sukur dan menangkal bala bencana seperti hama tanaman, dan diyakini oleh petani petani Desa Brajaluhur. Ritual bernama "ruwat", yang sudah berjalan setiap tahun seolah benar menjadi tangkal hama.
"Ya sebenarnya semua dikembalikan dan doa itu hanya dituju kepada Allah (sang pencipta), namun ini sudah menjadi tradisi tahunan di tempat kami," ujar Saimun, seorang petani di lokasi Ruwat, Rabu (02/10/2019).
Setelah pertunjukan wayang kulit (ruwat) berlangsung selama dua jam, petani yang sebelumnya terhibur dari pertunjukan seni budaya jawa itu, lalu bersama-sama melakukan panen raya.
Kepala Desa Brajaluhur Supratikno, mengatakan Ruwat menjelang panen raya, dengan mediasi wayang kulit merupakan bentuk sukur sekaligus tradisi jawa yang dijadikan hiburan rakyat.
Namun bukan semata-mata petani menjadikan ritual ruwat sebagai mediasi meminta sesuatu, melainkan tradisi "ruwat," sudah menjadi agenda rutin, "semua kembalinya kepada sang maha pencipta, ruwat hanya tradisi tahunan sekaligus hiburan rakyat yang digelar atas kesepakatan petani petani melalui kelompok tani," ujar Supratikno.
Lanjutnya, keberhasilan hasil tani yang melimpah untuk tahun ini bukan semata karena ruwat, melainkan kesungguhan petani dan berbagai bantuan pemerintah berupa pendukung sarana bertani seperti sumur bur, dan pupuk subsidi juga menjadi faktor penunjang untuk meningkatkan produksi padi.
Seperti panen tahun ini, hasil panen cukup maksimal dalam satu hektar bisa menghasilkan 9 ton padi untuk satu hektare.
"Dan alhamdulillah hama wereng tidak menyerang di Desa Brajakuhur," ujar Supratikno. (Agus)
Berita Lainnya
-
Jejak Karir Bupati Lampung Timur Ela Siti Nuryamah, Aktif Berorganisasi Sejak Dulu
Kamis, 20 Februari 2025 -
Resmi Dilantik Sebagai Bupati dan Wabup Lamtim, Beberapa Program Siap Dijalankan Ela-Azwar
Kamis, 20 Februari 2025 -
Ela - Azwar Hadi Ikuti Gladi Bersih Pelantikan di Istana Negara
Rabu, 19 Februari 2025 -
62 Desa di Lampung Timur Belum Lunasi PBB
Rabu, 19 Februari 2025