• Minggu, 24 November 2024

Pertumbuhan Ekonomi Lampung di Atas Nasional, BI Ingatkan Waspadai Tekanan Inflasi

Selasa, 24 September 2019 - 13.48 WIB
136

Kupastuntas.co, Bandar Lampung – Ekonomi Lampung pada triwulan II 2019 tumbuh kuat yakni sebesar 5,62 persen (yoy), melampaui rata-rata pertumbuhan ekonomi di periode yang sama selama 3 (tiga) tahun terakhir. Dibandingkan pertumbuhan ekonomi Sumatera (4,62%, yoy) dan Nasional (5,05%, yoy), Lampung juga masih lebih tinggi.

Pencapaian ini menjadikan Lampung menempati posisi kedua pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sumatera, setelah Sumatera Selatan (5,80%). Meski kondisi pertumbuhan ekonomi Lampung tumbuh kuat, namun Bank Indonesia Perwakilan Lampung juga mengingatkan agar Lampung waspada tekanan inflasi.

Kenaikan harga komoditas bawang putih dan bawang merah menjadi salah satu faktor pendorong inflasi sampai dengan awal triwulan II 2019. Sementara itu, faktor pendorong utama inflasi sampai dengan awal triwulan III 2019 bersumber dari kenaikan harga cabai yang juga terjadi secara nasional.

Rendahnya harga cabai di awal tahun menjadikan petani enggan menanam komoditas tersebut di Lampung dan beralih menanam komoditas lain sehingga terjadi penurunan pasokan cabai mulai dari pertengahan tahun 2019.

“Sejak bulan Mei sampai dengan Agustus 2019, cabai merah konsisten menjadi penyumbang inflasi terbesar di Lampung dengan total andil sebesar 1,71 persen. Andil inflasi ini terpantau lebih tinggi jika dibandingkan dengan sebagian besar provinsi lain di Indonesia, mengingat Lampung merupakan salah satu sentra cabai merah, sehingga terdapat margin harga yang tinggi,” ujar Kepala KPw BI Lampung, Budiharto Setyawan, Selasa (24/9/2019).

Masih tedapat beberapa risiko inflasi sampai dengan akhir tahun 2019 yang perlu diwaspadai. Yaitu komoditas beras yang meningkat sampai dengan akhir tahun 2019, mengingat hasil panen gadu yang tidak sebesar panen puncak. Di samping itu, risiko tekanan inflasi dari kenaikan biaya pendidikan yang dapat diikuti oleh kenaikan harga seragam, sepatu dan peralatan sekolah lainnya juga perlu diwaspadai.

“Inflasi pendidikan yang berlangsung pada bulan Agustus baru tercatat di Kota Metro, sehingga masih terdapat risiko inflasi pendidikan di Kota Bandar Lampung,” imbuh Budiharto.

Untuk mengantisipasi risiko tekanan inflasi yang masih cukup besar kedepan, diperlukan langkah-langkah pengendalian inflasi yang konkrit terutama untuk menjaga inflasi yang tetap rendah dan stabil, yakni: pengendalian harga secara intensif oleh TPID Provinsi Lampung, Satgas Pangan serta pihak terkait dalam rangka menjaga ketersediaan pasokan serta keterjangkauan harga.

Di samping itu, diperlukan kerjasama TPID dan Bulog dalam memastikan ketersediaan cadangan beras serta keterjangkauan harga komoditas tersebut di pasar melalui langkah KPSH (Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga).

“Pemantauan informasi harga secara rutin dapat dilaksanakan melalui Pusat Informasi HargaPangan Strategis (PIHPS), sehingga menjadi acuan langkah stabilisasi harga ke depan oleh pemerintahmaupun TPID Kabupaten/Kota,” tandasnya. (Tampan)

Editor :