• Senin, 11 Agustus 2025

Musim Kemarau, Warga Dua Desa Terpencil di Tanggamus Mengeluh Stok Pangan Menipis

Senin, 23 September 2019 - 17.31 WIB
159

Kupastuntas.co, Tanggamus - Warga dua pekon terpencil di Kecamatan Pematangsawa, Kabupaten Tanggamus, yakni Pekon Tampang Muda dan Tampang Tua, mulai mengeluhkan menipisnya stok pangan akibat kemarau.

Kekeringan membuat warga setempat yang mayoritas menggantungkan hidup dari bertani mengeluh akibat lahan pertaniannya mengering dan berdampak pada stok beras yang menipis.

"Stok warga, terutama beras semakin menipis. Ini karena tanaman padi gagal panen. Dan sampai saat ini belum turun hujan, dan sawah tidak bisa diolah karena tak ada air, di sini sawah tadah hujan," kata Rohmuddin, Sekretaris Pekon Tampang Tua, Senin (23/9/2019).

Rohmuddin menuturkan, dari 250 hektare lahan persawahan di desanya (Tampang Muda), sudah tidak bisa digarap lagi, akibat tidak turun hujan. Dan berbarengan dengan itu, air kali sebagai sumber pengairan sawah para petani mengering.

Tanaman padi, dan palawija, serta cabai yang ditanam tiga bulan sebelumnya sudah layu, bahkan mati karena ketiadaan air. Hampir seluruh petak sawah sudah mengering, tanahnya sudah mulai retak-retak. "Kemarau juga berdampak pada tanaman kelapa, lada, kopi dan kakao, di mana produksinya turun drastis," kata dia.

Karim (62), warga Pekon Tampang Muda berharap pemerintah membantu mengatasi persoalan kekeringan di setiap musim kemarau. Menurutnya, di desanya ada kali (sungai) yang sebenarnya bisa sedikit mengatasi kekurangan air di musim kemarau.

"Maunya kali (sungai) itu dibangun bendungan permanen. Jadi tidak terbuang percuma, dan bisa dimanfaatkan saat kemarau. Intinya, coba dibangun bendungan di kali tersebut," katanya.

Menurutnya, kemarau telah membuat kehidupan warga di daerah terpencil seperti desanya (Pekon Tampang Tua) dan sekitarnya, seperti Pekon Tampang Muda, semakin sulit.

"Saat ini sudah banyak stok beras hasil panen Mei lalu, sudah habis. Pasokan beras sudah beli dari Kotaagung, lewat perjalanan laut empat jam. Ini membuat kami semakin sulit," katanya.

Kondisi serupa juga terjadi di Pekon Tampang Muda. Kekeringan yang melanda sejak Juni lalu, mengakibatkan puluhan hektar sawah tak bisa digarap. Petak-petak sawah meranggas kering. Tanaman padi yang ditanam pada awal Juni lalu berwarna kuning, layu dan kerdil, dan akhirnya ditebas untuk pakan ternak.

“Sebenarnya jika tidak rusak, padi ini bisa panen bulan November nanti. Tapi karena kemarau, semuanya rusak. Siap-siap saja terjadi krisis beras,” kata Tono, warga Pekon Tampang Muda. (Sayuti)

Editor :