Asap Melanda Indonesia
Jumat, 20 September 2019 - 07.41 WIB
86
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Bencana asap di tanah air seperti sudah menjadi tradisi yang terjadi saat musim kemarau tiba. Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) menjadi momok bagi pemerintah dan masyarakat. Tahun ini kebakaran hutan kembali terjadi di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Provinsi Lampung pun terjadi karhutla, namun tidak terlalu berdampak pada masyarakat
Secara keseluruhan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat area terbakar mencapai 328.724 hektar dengan 2.719 titik panas pada periode Januari hingga Agustus 2019.
Berdasarkan data dari BNPB yang dirilis, hingga Agustus ini dampak kebakaran terluas terjadi di Riau yang mencapai hingga 49.266 ha. Menyusul Kalimantan Tengah yang mencapai 44.769 ha, Kalimantan Barat 25.900 ha, Sumatra Selatan 11.426 ha, dan Jambi seluas 11.022 ha.
Angka tersebut diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan musim kemarau yang belum berakhir dan hujan masih belum turun.
Menurut data tersebut, saat ini titik api yang terbanyak berada di Kalimantan Tengah yang mencapai 513 titik panas (hotspot). Kemudian menyusul Kalimantan Barat dengan 384 titik panas.
Berdasarkan catatan Kementerian Kehutanan, sedikitnya 1,2 juta hektar atau 2% dari hutan Indonesia menyusut tiap tahunnya. Malah, tercatat dalam World Guinness Book of Records sebagai negara dengan laju kerusakan hutan tercepat di dunia.
Kerusakan atau ancaman yang paling besar terhadap hutan di Indonesia adalah penebangan liar, alih fungsi hutan menjadi perkebunan, kebakaran hutan dan eksploitasi hutan secara tidak lestari baik untuk pengembangan pemukiman, industri, maupun akibat perambahan.
Benar apa yang dikatakan Tuhan dalam Al-Quran, kerusakan yang terjadi di darat dan di laut karena ulah tangan manusia. Nabi pun sudah menjelaskan, seandainya manusia diberikan satu gunung emas, dia akan minta satu gunung emas lagi. Begitulah rakusnya manusia bila memperturutkan hawa nafsunya.
Memanglah manusia akhir zaman, rakusnya tidak ketulungan. Sudah saatnya, manusia sadar bahwa hutan yang ada saat ini adalah titipan anak cucu kita yang harus dijaga. Dan bukan warisan dari nenek moyang, yang bisa semaunya dihabiskan. (ZH)
Artikel ini telah terbit di Surat Kabar Harian Kupas Tuntas Edisi Jumat, 20 September 2019 dengan judul "Bencana Asap"
Berita Lainnya
-
Dinamika Pilkada Serentak 2024 di Tengah Transisi Kepemimpinan Nasional, Oleh: Donald Harris Sihotang
Selasa, 23 Juli 2024 -
Pemeriksaan Kejagung, Ujian Berat Eva Dwiana Menjelang Pilkada Bandar Lampung 2024, Oleh: Donald Harris Sihotang
Rabu, 17 Juli 2024 -
Kota Baru, Menghidupkan Kembali Impian yang Terbengkalai di Pilkada Gubernur Lampung 2024, Oleh: Donald Harris Sihotang
Senin, 15 Juli 2024 -
Pilkada 2024: Perubahan Regulasi dan Dampak Politik Dinasti, Oleh: Donald Harris Sihotang
Rabu, 03 Juli 2024