• Sabtu, 20 April 2024

Parosil Mabsus, Kepala Daerah Peduli Literasi dan Optimalisasi Pengolahan Kopi

Minggu, 09 Desember 2018 - 19.31 WIB
200

Kupastuntas.co, Lampung Barat – Buku adalah jendela dunia. Siapa yang suka dan gemar membaca buku, maka pasti pengetahuannya sangat luas. Namun hal itu tidak akan terwujud jika todak ada buku bacaan yang tersedia. Tanpa bahan bacaan, para generasi muda penerus bangsa tak akan tercerdaskan.

Inilah yang memacu semangat dari Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus. Belum genap setahun menjabat sebagai Bupati, ia bekerja optimal untuk menjadikan daerah yang dipimpinnya menjadi Kabupaten Literasi Lampung. Muaranya tentu untuk menjadikan masyarakat Lampung Barat yang cerdas, dan memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu bersaing.

Pada 2 Mei 2018 lalu, ia telah mencanangkan Kabupaten Lambar sebagai kabupaten literasi dengan Gerakan Literasi Daerah (GLD). Kemudian dilanjutkan dengan pencanangan beberapa pekon sebagai pekon/kampung literasi. Parosil berharap keberadaan pekon ini nantinya menjadi pekon model literasi atau gerakan literasi.

Sebagai bukti keseriusannya, ia lalu mengeluarkan peraturan Bupati (Perbup) Literasi Nomor 19 Tahun 2018. Dalam Perbub ini, tak hanya pemda dan OPD yang diberikan peran, tetapi semua pihak. Mulai dari media massa, kelurahan/pekon, guru dan pamong pendidikan nonformal, komite sekolah, masyarakat, dunia usaha industri dan komunitas literasi. Semua diberikan peran masing-masing untuk bergotong royong mewujudkan harapan tersebut.

Bukti keseriusan Bupati Parosil dianggap pantas menerima penghargaan pada ajang Kupas Tuntas Awards 2018 yang sudah diselenggarakan pada Senin (3/12/2018) bertepatan dengan HUT ke-12 Kupas Tuntas. Parosil Mabsus dinobatkan sebagai salah satu kepala daerah berprestasi dengan Nominasi: Kepala Daerah Peduli Literasi

Parosil Mabsus menyampaikan, dalam sejarah peradaban umat manusia, bangsa yang maju tidak dibangun hanya dengan mengandalkan kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang banyak saja. Namun bangsa yang besar juga ditandai oleh masyarakatnya yang literat, memiliki peradaban tinggi dan aktif memajukan masyarakat dunia.

“Literasi bukan hanya masalah bagaimana bebas dari buta aksara, melainkan yang lebih penting adalah bagaimana warga bangsa memiliki kecakapan hidup agar mampu bersaing dengan bangsa lain untuk menciptakan kesejahteraan,” kata Parosil.

Ia menilai, bangsa dengan budaya literasi tinggi menunjukkan kemampuan bangsa tersebut berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif, komunikatif sehingga dapat memenangi persaingan global. Sebagai bangsa yang besar, Indonesia khususnya kabupaten Lambar harus mampu mengembangkan budaya literasi sebagai prasyarat kecakapan hidup abad ke-21 melalui pendidikan yang terintegrasi, mulai dari keluarga, sekolah, sampai dengan masyarakat.

Pintu masuk untuk mengembangkan budaya literasi bangsa, kata Parosil, adalah melalui penyediaan bahan bacaan dan peningkatan minat baca anak. Penumbuhan budi pekerti, minat baca anak perlu dipupuk sejak usia dini mulai dari lingkungan keluarga. Minat baca yang tinggi juga perlu didukung oleh ketersediaan bahan bacaan yang bermutu dan terjangkau.

Ketersediaan bacaan juga akan mendorong pembiasaan membaca dan menulis, baik di sekolah maupun di masyarakat. Melalui kemampuan membaca ini pula literasi dasar berikutnya (numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan) dapat ditumbuhkembangkan.

“Untuk membangun budaya literasi pada seluruh ranah pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat), sejak tahun 2016 kementerian pendidikan dan kebudayaan menggiatkan gerakan literasi daerah (GLD) sebagai bagian dari implementasi peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti," jelas mantan Anggota DPRD Lambar ini.

Satuan kerja di Pemkab Lambar juga ikut ambil bagian. Badan Penelitian Dan Pengembangan (Balitbang) Lambar menginisiasi terbentuknya Pojok Baca. Pojok Baca tersebut diberi nama “Ababil Ngotaro” (Ayo Baca, Sambil Ngopi Tanpa Rokok). Pojok Baca “Ababil Ngataro” ini dibentuk untuk mendukung tiga program yang saat ini sedang dilakukan oleh Pemkab sebagai Kabupaten Literasi, Kopi sebagai produk unggulan Kabupaten Lampung Barat dan Membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Kemudian mengoperasikan Bantuan Mobil Perpustakaan Keliling (MPK) dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas) mulai tahun 2019 mendatang. Bantuan MPK itu, saat ini masih di Perpusnas. Mobil perpustakaan itu nantinya standby di kantor dan pemkab akan menganggarkan untuk biaya operasionalnya untuk keliling-keliling ke pekon dan sekolah.

Selanjutnya pada 27 September 2018 lalu telah dicanangkan model Pekon Literasi di pekon Padang Tambak, Kecamatan Way Tenong. Bersamaan dengan itu juga telah dikukuhkan Tim Gerakan Literasi Daerah (GLD) Kabupaten Lampung Barat. Bupati Parosil Mabsus, mengatakan semua pihak harus terus bergerak dan bersinergi guna mewujudkan cita-cita bersama menjadikan Lambar sebagai Kabupaten Literasi.

"Alhamdulilah, penerapan Perbup Literasi perlahan mulai membuahkan hasil. Kini berbagai komunitas dan jejaring literasi semakin tumbuh dan bermunculan," kata Parosil.

Parosil dengan wakilnya Mad Hasnurin juga tengah fokus pada penyediaan bantuan seragam sekolah bagi siswa baru setingkat SD dan SMP. Parosil mengatakan Pemkab sudah memberikan sarana penunjang dan pendukung untuk meningkatkan pendidikan di Lampung Barat. Guru pada pokoknya bertugas untuk mendukung program pemerintah daerah. Bantuan seragam ini tujuannya memberikan motivasi kepada siswa-siswi agar bersemangat belajar. Melalui program pemberian seragam ini juga diharapkan kedepan tidak ada lagi anak yang mengalami putus sekolah.

Optimalisasi Pengolahan Kopi

Kabupaten Lampung Barat merupakan daerah dengan lahan terluas dan sebagai penghasil kopi terbesar di Provinsi Lampung. Sebagai wujud dukungan pemerintah terhadap peningkatan kualitas, kuantitas, hingga pemasaran kopi, berbagai upaya dilakukan.

Salah satunya kegiatan Festival Kopi Lampung Barat Tahun 2018 yang digelar pada 21-23 Juli 2018. Menurut Parosil, Festival Kopi Lampung Barat 2018 tujuannya selain mengenalkan kopi sebagai salah satu sumber penghasilan mayoritas masyarakat Lampung Barat terhadap masyarakat luas. Juga untuk memberikan pengalaman yang berbeda kepada tamu dan wisatawan yang berkunjung sekaligus memperkenalkan budaya atau tradisi masyarakat lokal dalam mengelola kebun kopi.

“Untuk itu menjadi komitmen pemda mendukung peningkatan mutu serta pengembangan kopi. Karena itu yang menjadi salah satu sumber penghasilan masyarakat di Lambar,” kata dia.

Namun menurut Parosil, saat ini produksi kopi Lambar menurun drastis. Hal ini berkaitan dengan faktor cuaca dan juga usia tanaman yang sudah tua. Dalam peningkatan produksi, Pemkab Lambar meminta agar Pemerintah Pusat turut memberikan bantuan. Atas dasar itu, Parosil menemui Presiden Joko Widodo dan melaporkan kondisi perkopian Lambar.

“Karena kalau hanya berhenti di Pemda, kita juga nggak akan mampu, karena anggaran kita juga harus dibagi untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Itu saya sampaikan ke Presiden Jokowi, produksi kopi kita turun, dan Alhamdulilah responsnya positif dan siap memberikan support,” kata Parosil.

Ia menilai, sebelumnya perhatian terhadap para petani kopi masih kurang. Maka ke depan ia berkomitmen untuk memajukan industri kopi Lambar. Rencananya, Pemda Lampung Barat akan mendirikan sekolah kopi, berupa pendidikan non formal yang dapat diikuti siapa saja. Melalui sekolah ini Parosil berharap masyarakat yang hidup dari kopi  bisa mendapatkan nilai tambah. Artinya pengelolaannya ke depan lebih inovatif untuk meningkatkan nilai jual kopi.

Menurutnya, di era globalisasi telah menciptakan persaingan yang semakin ketat baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional. Hal ini menuntut semua pelaku usaha baik petani maupun industri untuk bekerja secara produktif, efisien dan menghasilkan produk yang bermutu. Daya saing merupakan kata kunci dalam pembangunan usaha pertanian maupun industri oleh karena itu dalam pengembangannya perlu dukungan dan peran aktif dari semua stakeholder yang terkait.

“Cita-cita saya hanya ingin menyejahterakan masyarakat saya, cita-cita besarnya itu saja. Kan saya juga petani jadi tahu bagaimana kehidupannya. Makanya saya selalu berupaya meningkatkan sektor kopi sembari tetap mengupayakan pembangunan infrastruktur dan pendidikan,” tandasnya. ***

Editor :