Sebanyak 9 Juta Anak Indonesia Alami Stunting
Kupastuntas.co, Bandarlampung – Lampung termasuk satu dari 9 provinsi yang paling banyak mengalami kasus gizi buruk atau stunting. Tiga Kabupaten terparah yakni Lampung Selatan, Lampung Tengah dan Lampung Timur. Masalah stunting hingga kini masih jadi fokus penanganan Pemprov Lampung dan Pemda Kabupaten/Kota.
Plt. Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemprov Lampung, Taufik Hidayat mengatakan, kasus gizi buruk juga merupakan masalah nasional. Bappenas mencatat ada 9 juta anak yang mengalami stunting. Tingginya prevalensi anak stunting memposisikan Indonesia dalam lima besar dunia masalah stunting.
Menurutnya, stunting biasanya terjadi pada 1.000 hari pertama kehidupan manusia. Namun, hal itu tak menutup kemungkinan bahwa stunting juga dapat terjadi sejak janin dalam kandungan.
Baca Juga: Hari Ini, Pelamar CPNS Lampung Mulai Tes SKD
“Stunting lebih dari sekadar masalah tinggi badan. Hal tersebut dikarenakan stunting juga berkaitan dengan kecerdasan anak," kata Taufik pada diskusi Analisis Kebijakan Intervensi Program Spesifik dan Sensitif di Lokus Penanganan Stunting di Ruang Rapat Bappeda, Kamis (25/10/2018).
Berkaitan dengan hal tersebut, Taufik mengatakan sebenarnya ada beberapa upaya Pemerintah Provinsi Lampung dan Kabupaten/Kota untuk memerangi masalah gizi tersebut. “Di antaranya percepatan pembangunan kesehatan, program penyediaan pemukiman perkotaan dan pedesaan, program penyehatan lingkungan, dan gerakan Seribu Hari Pertama Kehidupan mencakup upaya yang spesifik maupun yang sensitif,” ungkap Taufik.
Ia berharap melalui kegiatan FGD ini, Pemprov Lampung dapat berkoordinasi dengan Kabupaten/Kota yang menjadi Locus Pilot Project dalam penanganan permasalahan stunting. “Kami berharap lewat kegiatan ini, Pemerintah dapat lebih menggali akar masalah stunting sehingga ke depan lebih fokus terhadap program dan lebih meningkatkan sinergi serta kinerja dalam mengatasi stunting," ujar Kepala Bappeda Provinsi Lampung itu.
Baca Juga: Ini Jadwal Tes SKD CPNS 2018 Lingkungan Pemkot Bandar Lampung
Selain itu, dia berharap kerja sama seluruh sektor. Pihak non pemerintah, swasta, dan masyarakat juga harus turut mengambil bagian untuk memeranginya. Masyarakat harus lebih sadar akan pentingnya kebersihan sanitasi. Hal itu bisa menjadi salah satu penyebab stunting.
Sementara Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Unila, Bustanul Arifin mengatakan program penanganan kasus stunting jangan hanya fokus pada urusan penanggulangan saja, namun juga program pencegahannya.
“Ini penting, karena terkadang kita hanya fokus pada program penanggulangan. Sedangkan program pencegahannya masih kurang, padahal program pencegahan itu dampaknya lebih luas dan lebih signifikan," kata Bustanul.
Selain itu, Bustanul mengingatkan untuk lebih meningkatkan sinergi dengan Fakultas Kedokteran Unila dalam penanganan masalah stunting serta meningkatkan keamanan pangan, perilaku terhadap higienis lingkungan dan kualitas sanitasi.
“Ini perlu kerjasama semua pihak dan juga pendekatan yang persuasif kepada masyarakat. Dengan harapan ke depan permasalahan stunting di Provinsi Lampung teratasi secara baik," kata Bustanul. (Rls/Tampan)
Berita Lainnya
-
Unila Samakan Persepsi Penilaian RPL
Sabtu, 11 Januari 2025 -
Bulan K3 Nasional 2025, PLN UID Lampung Gelar Apel dan Penandatanganan Komitmen Keselamatan
Sabtu, 11 Januari 2025 -
Program Studi S-1 Informatika Teknokrat Siap Lahirkan Lulusan Berkualitas dengan Sertifikasi dan Peluang Karier Menjanjikan
Sabtu, 11 Januari 2025 -
HUT ke-52 PDI Perjuangan, Ketua DPD Lampung Ajak Kader Tetap Solid dan Bekerja untuk Rakyat
Jumat, 10 Januari 2025