Bertahun-tahun Rusak, Warga Pekon Sampang Turus Tanggamus Minta Jalan Diaspal

Kupastuntas.co, Tanggamus - Warga Pekon Sampang Turus, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus, sangat mendambakan jalan di desa mereka yang masih merupakan jalan tanah, diperbaiki dan ditingkatkan menjadi jalan aspal.
Karena kondisi ruas jalan desa yang menghubungkan Pekon Sampang Turus dengan Pekon Sumur Tujuh saat ini sudah seperti bubur, ditambah tingginya curah hujan menyebabkan jalan menjadi semakin hancur.
“Kami sudah tinggal disini sejak tahun 70-an, tetapi kondisi jalannya masih seperti ini, masih jalan tanah. Yang berdebu saat kemarau dan berubah jadi bubur saat hujan seperti saat ini. Kondisi ini sangat mengganggu, terutama ketika ingin menjual hasil kebun kami,” kata Muhammad Sujata, Kepala Pekon Sampang Turus Kecamatan Wonosobo, Minggu (16/9/2018).
Selain jalan, kata Muhammad, saat hujan dan air sungai meluap, warga Sampang Turus terisolir, karena ada sungai yang belum di bangun jembatan yang bisa dilalui warga.
"Kadang berhari-hari tidak bisa kemana-mana karena belum ada jembatan. Kasihan anak-anak tidak bisa ke sekolah," katanya.
Selain akses perekonomian, jalan tersebut juga merupakan jalan alternatif warga Pekon Waypanas ke Pasar Wonosobo yang harus ditempuh selama satu jam apabila melalui jalur Pekon Kanyangan dan Belu (Kecamatan Kotaagung Barat). Hal itulah yang membuat warga ingin segera dilakukan perbaikan oleh dinas terkait di Pemkab Tanggamus.
“Apalagi kerusakan jalan sudah berlangsung lama tanpa disentuh perbaikan,” ujar Muhammad.
Akibat rusaknya akses jalan diwilayah ini yang paling dirasakan warga adalah sulitnya mengangkut dan mengantarkan hasil bumi semisal coklat, kopi, kelapa, pisang dan buah-buahan ke Pasar Wonosobo, dan ke Kotaagung.
Kondisi jalan terlihat berlumpur, ditambah di sepanjang pinggir jalan terlihat tebing yang kapan saja bisa terjadi longsor. Menurut warga, di musim hujan, untuk sampai ke Pasar Wonosobo butuh waktu sekitar 2 jam, padahal jarak Sampang Turus ke Pasar Wonosobo tidak lebih hanya 10 kilometer.
“Kami berharap pemerintah bisa membantu kesulitan ini, setidaknya pengerasan jalan dan perluasan serta mengatasi kemungkinan longsor yang mengancam,” harap Hasan seorang warga.
Menurutnya, banyak sekali kendala kehidupan yang dialami warga atas kondisi terisolasi seperti ini. Keadaan ini juga berpengaruh bagi dunia pendidikan. Anak-anak harus berjalan kaki sekitar berkilo-kilo meter untuk sampai ke sekolah.
“Sangat wajar bila angka putus sekolah di desa kami tinggi,” kata dia. (Sayuti)
Berita Lainnya
-
Kasus Dugaan Korupsi Perjas DPRD Tanggamus, Kejati Periksa Sekwan Hingga Pihak Travel
Rabu, 12 Maret 2025 -
Dilaporkan Hilang, Nelayan Ditemukan Meninggal di Laut Cukuhbalak Tanggamus
Rabu, 12 Maret 2025 -
Bupati Tanggamus Sidak Sejumlah OPD, Pastikan Pegawai Disiplin
Selasa, 11 Maret 2025 -
Kepala Balai Besar TNBBS di Kotaagung Diduga Lakukan Tindakan Asusila ke Pegawainya, Suami Korban Tuntut Permintaan Maaf
Senin, 10 Maret 2025