• Jumat, 28 Juni 2024

Rupiah Melemah, Pabrikan Farmasi Galau, Kemungkinan Ini yang Akan Terjadi?

Minggu, 09 September 2018 - 22.44 WIB
57

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang masih berlangsung hingga kini tidak cukup diatasi hanya dengan efisiensi di sektor farmasi.

Vincent Harijanto, Ketua Komite Perdagangan dan Industri Bahan Baku Farmasi GP Farmasi Indonesia, mengatakan 3--4 bulan lalu, ketika nilai tukar telah melampaui Rp14.000, pabrikan farmasi dalam negeri masih tidak mau menaikkan harga jual karena pelemahan kurs.

Pelaku industri, memilih untuk melakukan upaya efisiensi di beberapa aspek, seperti kecepatan produksi, penggunaan mesin, dan juga pembelian bahan baku.

BACA: Unila Bakal dapat Bantuan 10 Unit Bus, Seperti Ini Persiapannya

BACA: Desa Aneh, Calon Warganya Wajib Membuang Usus Buntu Mereka?

Namun, dengan kondisi nilai tukar yang tak kunjung membaik, bahkan sempat menyentuh angka Rp15.000 per 1 dolar AS, maka produsen farmasi mau tidak mau mulai memilah produk yang sudah tidak bisa ditoleransi lagi harga jualnya.

"Kalau rupiah melemah terus, ada keterpaksaan di industri farmasi tidak ckup dengan efisiensi, tetapi dengan kenaikan harga. Sekarang ada keterpaksaan naikkan harga yang dampaknya paling berat, dipilah-pilah dulu karena kontribusi bahan baku enggak sama untuk semua jenis obat," katanya Minggu (9/9/2018).

Vincent menegaskan, apabila ada produsen farmasi yang menaikkan harga jualnya saat ini, bukan berarti semena-mena menaikkan harga jual. Pasalnya, produsen dalam negeri sudah melakukan berbagai langkah efisiensi dan juga langkah untuk mengatasi pelemahan rupiah sebelum mengambil keputusan untuk menaikkan harga beberapa produk.

"Kami melihat ke dalam dulu sebelum menaikkan harga, apa yang bisa diefisiensikan," katanya.

Vincent mencontohkan efisiensi yang telah dilakukan dari sisi pembelian bahan baku, pabrikan bisa membeli dalam jumlah yang lebih besar untuk mendapatkan harga per kilogram yang lebih rendah.

BACA: Pencinta Burung Berkicau di Bandarlampung Sambut Baik Revisi Permen LHK

BACA: Tim Metro Bawa Pulang Piala Bergilir Walikota Cup IV 2018

Selain itu, pabrikan farmasi juga mencari alternatif pemasok active pharmaceutical igredient (API) serta melakukan lindung nilai atau hedging dengan bank.

Menurutnya, pengaruh pelemahan rupiah menambah beban produsen farmasi karena sebelumnya harga bahan baku telah meningkat akibat kebijakan environment protection yang dikeluarkan pemerintah China.

Dia menyebutkan beberapa bahan baku obat yang mengalami kenaikan harga antara lain paracetamol, yang sebelumnya US$3 per kilogram naik 20% menjadi US$3,6 per kilogram, dan amoxicillin yang mengalami kenaikan sebesar 50% dari US$16 per kilogram menjadi US$24 per kilogram. (Bsn)

Editor :