• Kamis, 20 Maret 2025

Korban Gempa Lombok Masih Butuhkan Relawan Medis

Senin, 20 Agustus 2018 - 11.22 WIB
58

Kupastuntas.co, Bandarlampung – Pasca gempa yang mengguncang Lombok Utara dan sekitarnya beberapa waktu lalu, sampai saat ini relawan medis masih sangat dibutuhkan oleh para korban.

Hal ini di sampaikan oleh salah satu relawan kemanusiaan Pemerintah Kota Bandar Lampung yang baru saja kembali tiba setelah 8 hari berada di lokasi gempa.

Salah satu relawan tenaga medis Pemkot Bandar Lampung, dr. Eva Daniel menerangkan kondisi korban gempa di Lombok saat ini mengungsi di tenda pengungsian, karena bangunan rumah warga sebanyak 90 persen rata dengan tanah. Untuk 10 persen tidak bisa lagi dipakai, kalaupun ada bangunan yang masih berdiri kondisinya retak-retak dan itu berisiko.

"Untuk bangunan hampir semua rata dengan tanah, beberapa ada yang masih berdiri tetapi kondisinya tidak memungkinkan untuk dihuni karena retak-retak jadi warga tidak berani untuk menempati rumah tersebut," ungkapnya usai acara sambut kepulangan relawan oleh pihak pemkot di ruang rapat Walikota bandar lampung, Senin (20/08/2018).

Baca Juga: Polres Lampung Utara Berhasil Tangkap 4 Pelaku Curas

Eva juga menjelaskan saat ini situasi udara sangat gersang, berdebu, dan angin cukup kencang. Sehingga saat ini banyak anak-anak yang terserang penyakit diare, sakit kulit, dan ispa.

Eva juga menuturkan sampai sekarang masih dibutuhkan tim relawan, untuk menyusuri korban-korban yang tidak bisa ke puskesmas atau posko kesehatan. Untuk obat-obatan dan makanan atau minuman sudah cukup memadai

"Yang harus jadi PR ini adalah perawatan pasca bencana, apalagi sekarang ini menjelang musim kemarau dan angin kencang, jadi untuk relawan masih sangat dibutuhkan di sana," kata dia.

Baca Juga: Sat Pol PP Pesawaran Tertibkan Ratusan Papan Iklan yang Tak Bayar Pajak

Untuk anak-anak kondisi saat ini sedikit memprihatinkan, meskipun beberapa anak-anak sampai saat ini masih bisa bermain, kecuali yang luka-luka, di sana bukan hanya tim medis tetapi ada tim relawan psikologi yang bisa menghibur.

"Kami mencoba menghibur dengan memberikan roti atau permen. Rata-rata orang tua mereka banyak yang menjadi TKW, ada yang di Hongkong, di Malaysia, jadi rata-rata anak tinggal bersama neneknya atau keluarga yang lain, karena dilihat dari wajahnya anak-anak masih bisa untuk bermain," kata dia. (Sule)

Editor :