• Senin, 07 Oktober 2024

Kemarau, Omset Tukang Gula Aren Merosot Hingga 50 Persen

Minggu, 19 Agustus 2018 - 14.32 WIB
386

Kupastuntas.co, Pringsewu - Dampak musim kemarau secara perlahan mulai terasa di Kabupaten Pringsewu. Mulai dari kolam ikan yang mengalami kekeringan hingga sawah petani yang tidak bisa digarap lantaran tidak ada pasokan air.

Dengan kondisi ini tentu berimbas pula terhadap roda perekonomian masyarakat. Seperti yang dialami Tugimin (36), warga Pekon Mataram, Kecamatan Gadingrejo yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang gula aren mengalami penurunan omset  hingga 50 persen akibat musim kemarau.

BACA : Artis Ebiet G Ade Bakal Meriahkan Pisah Sambut Kapolda Lampung

BACA : AMPI Lampung Gelar Colour Fun Hingga Launching Go Runners

Kurang lebih selama 8 tahun keluarga Tugimin mengandalkan mata pencaharian dari produksi gula aren. Setiap hari, Tugimin melaksanakan aktivitasnya dimulai dari memanjat puluhan batang pohon kelapa untuk menyadap air nira. Setelah air nira tersebut terkumpul selanjutnya diolah (dimasak) menjadi gula aren.

"Ada 45 batang pohon kelapa, saya mulai menyadap pukul 09.00 WIB dan rampung pukul 10.30 WIB," ungkapnya.

Menurut Tugimin, jika normal satu batang pohon kelapa menghasilkan sekitar 5 liter air nira namun saat musim kemarau seperti sekarang ini turun drastis hingga 50 persen.

"Biasanya setiap hari hasil sadapan air nira mencapai 200 liter tapi sekarang paling mentok 100 liter," ujarnya.

BACA : Mobil yang Hilang di Dinkes Pesawaran Ditemukan, Ternyata Ini Penyebabnya

BACA : Wushu Sumbang Medali Pertama Bagi Indonesia Pada Gelaran Asian Games 2018

Kendati demikian ayah dari dua anak ini mengatakan tetap bersyukur dan akan terus menekuni aktivitasnya sebagi tukang gula meskipun banyak orang yang menyarankan supaya beralih produksi dari gula menjadi tuak dengan pertimbangan lebih praktis dan lebih mahal.

"Untuk proses memasak gula dibutuhkan waktu selama  3 jam dan menghabiskan kayu bakar yang cukup banyak. Per 5 liter air nira akan menghasilkan 1 kg gula aren dengan harga Rp. 10.000/kg," kata dia.

BACA : Waduh, Ketua Kelompok Nelayan Ini Diduga Jual Kapal Bantuan Pemerintah

BACA : Ironis, Banyak Bacaleg DPR RI Dapil Lampung Bukan Putra Asli Daerah?

Sementara Bambang salah satu pemilik kolam ikan tawar di Pagelaran mengaku untuk sementara ini terpaksa vakum dari kegiatannya untuk beternak ikan lantaran tidak ada air. Menurutnya sejumlah kali dan mata air mengalami kekeringan dan kalaupun ada air yang tersisa harus rebutan dengan petani semangka.

"Untuk panen padi kemarin menyusut kisaran 30 hingga 45 persen," tandasnya. (Manalu)

Editor :