• Kamis, 28 November 2024

Jangan Lupa, Besok Digelar Festival Pangan Balak 2018 di Kota Agung Tanggamus

Kamis, 09 Agustus 2018 - 16.41 WIB
271

Kupastuntas.co,Tanggamus - Ribuan warga Tanggamus dipastikan akan memadati kawasan Taman Wisata Muara Indah, di Kelurahan Baros, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus untuk mengikuti Festival Pangan Balak 2018 yang digelar Dinas Pariwisata Tanggamus, Jumat (10/8/2018) besok.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Tanggamus Retno Noviana Damayanti mengatakan, Festival Pangan Balak 2018 ini merupakan salah satu rangkaian acara menyambut hari kemerdekaan Hut RI ke 73 tahun 2018, dan telah menjadi agenda tetap tahunan.

Menurutnya, selain menggali potensi seni dan budaya Kabupaten Tanggamus, kegiatan ini sekaligus memperkenalkan dan mempromosikan tempat tujuan wisata yang ada di Kabupaten Tanggamus.

"Festival Pangan Balak 2018 ini kita laksanakan di Taman wisata Muara Indah, yang merupakan tempat tujuan wisata yang menjadi icon di Kabupaten Tanggamus,” kata Retno, Kamis (9/8/2018).

Tradisi pangan merupakan tradisi masyarakat Lampung Pesisir. Dan biasanya digelar setiap upacara adat Nayuh. Nayuh sendiri merupakan pesta adat suku Lampung Pesisir yang dilaksanakan saat pernikahan maupun sunatan. Biasanya nayuh dilaksanakan selama 3-5 hari dengan berbagai prosesi yang harus dilewati.

Pangan merupakan simbol kebersamaan masyarakat Lampung Pesisir. Semua makanan dibagi sama rata. Semua warga yang hadir harus mengikuti tradisi pangan. Termasuk tamu-tamu undangan yang hadir pun biasanya turut diajak mengikuti pangan.

Prosesi pangan diawali dengan digelarnya seprai. Seprai merupakan kain berbentuk segi panjang dengan panjang 1-5 meter yang dibentangkan diatas tikar. Warna seprai yang digunakan tidak boleh sembarangan. Warna putih hanya digunakan oleh para Saibatin dan keturunannya. Sementara warna kuning digunakan untuk Pangikhan dan warna ungu untuk khadin.

Setelah kain panjang itu dibentangkan biasanya para Butting Nabai dan kepala Battu akan menyiapkan hidangan. Butting Nabai merupakan keluarga dari pihak ayah mempelai lelaki yang bertugas mengurus segala keperluan dapur.

Sementara kepala Battu merupakan pihak dari ibu mempelai pria yang bertugas menata, menyusun dan menyiapkan segala keperluan konsumsi selama Nayuh berlangsung. Disinilah kerjasama antar keluarga begitu kentara dan membuat mereka makin solid.

Berbagai aneka makanan kini tersedia diatas seprai. Mi (nasi), kukhih (sayaur mie yang dicampur kacang merah) hingga seruit gulai kalang juga bisa dihidangkan. Mereka makan bersama-sama dengan penuh kesederhanaan dan kegembiraan. Semuanya mendapatkan jatah makan yang sama.

Jika ada lauk-pauk maupun makanan yang tersisa biasanya akan dibawa pulang oleh para peserta pangan. Selepas pangan mereka membersihkan seprai dan membawa piring mereka masing-masing untuk ditaruh di dapur. Jadi, benar-benar tak ada yang tersisa, mereka saling menjaga tanggung jawab. Hal ini tentunya memudahkan proses pembersihan. (Sayuti)

Editor :