Pemkab Pesawaran Akan Terbitkan Buku Sejarah Transmigrasi
Kupastuntas.co, Pesawaran - Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Pesawaran akan segera launching buku Sejarah Transmigrasi yang ada di Pesawaran dengan judul buku 'Penelusuran Sejarah Kolonisasi Desa Bagelen, Kecamatan Gedongtataan Afdeeling Telok Betong 1905-1930 yang rencananya akan di bagikan ke 15 tokoh Masyarakat di Bumi Andan Jejama pada Jumat (27/7), di Museum Transmigrasi Pesawaran.
Dalam hal ini, Kepala Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Pesawaran Toto Sulistio menjelaskan, buku tersebut hanya tersedia 15 cetak yang nantinya akan dibagikan ke tokoh masyarakat, yang salah satunya Bupati Pesawaran Dendi Ramadhona.
BACA : Dewi Handayani Canangkan Program 100 Hari, Ini Beberapa Diantaranya
BACA : Pansus Pilkada Akan Panggil Semua Nama yang Disebut Dalam Video Barlian
"2017 baru percetakan buku sejarah transmigrasinya saja, namu untuk 2018 kita perdana peluncuran buku tersebut, yang tersedia 15 buku yang akan dibagikan ke tokoh masyarakat, salah satunya Bupati Pesawaran Dendi Ramadhona," ungkapnya.
Dikatakannya lebih lanjut, bagi masyarakat yang ingin memiliki atau mengetahui kilasan sejarah transmigrasi bisa langsung mengakses di website yang sudah ada.
"Bukunya terbatas hanya cetak 15 yang di bagikan ke tokoh masyarakat, adapun masyarakat yang ingin mengetahuinya bisa langsung mengakses ke website Kominfo Pesawaran atau Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pesawaran," katanya.
BACA : Sah! KPU Tetapkan Dewi-AM. Syafi’i Bupati dan Wakil Bupati Terpilih Tanggamus
BACA : Tanggamus Peringati Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat
Sementara Kabid Kearsipan Dewi Elina memaparkan bahwa Bagelen adalah sebuah nama desa yang dipercayai masyarakat Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, sebagai cikal bakal daeral asal-usul masyarakat Purworejo.
Nama daerah yang berjarak sekitar 50 KM sebelah utara kota Yogyakarta itu sejak tahun 1900-an tak hanya dikenal di Pulau Jawa, tetapi juga di Provinsi Lampung.
"Nah, mengapa bisa terkenal di Provinsi Lampung ? Hal itu dikarenakan pada tahun 1901 pemerintah Belanda memindahkan 155 kepala keluarga dari Desa Bagelen ke sebuah hutan belantara di Lampung melalui program perluasan areal pertanian (kolonisasi). Orang-orang dari Pulau Jawa diangkut ke Lampung untuk membuka areal pertanian untuk kepentingan Belanda. Kemudian Warga Bagelen yang dipindahkan ke Lampung juga menamai kampung barunya dengan nama Bagelen. Kolonisasi warga Bagelen itu merupakan program pertama yang dijalankan pemerintah Belanda di Indonesia," ujar Dewi.
BACA : Hadiri HUT Desa, Chusnunia Bermain Layang-layang Bareng Warga
BACA : Umar Ahmad Canangkan Gerakan Tiga Bulan Bersih Sampah
Lebih jauh Dewi mengatakan, pada saat itu rombongan kolonis dari Jawa diangkut menggunakan kapal laut. Setelah sampai di pelabuhan Panjang.
"Nah, dari Pelabuhan Panjang para kolonis itu berjalan kaki sejauh lebih dari 70 km menuju Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran dan itu ditempuh selama 3 hari," ungkap Dewi.
Setelah ratusan kepala keluarga dari Bagelen diangkut ke Lampung, gelombang pemindahan penduduk dari Pulau Jawa pun terus berlanjut. Gelombang pertama yakni tahun 1905 hingga tahun 1911. Kemudian gelombang kedua tahun 1911 hingga tahun 1939.
"Gelombang ketiga terjadi ketika Indonesia sudah merdeka. Setelah merdeka, program perpindahan penduduk dari Jawa ke Lampung itu pun dilanjutkan sekarang disebut Transmigrasi," tutupnya. (Reza)
Berita Lainnya
-
Perkuat Peran Penyuluh, Kementerian Pertanian Resmikan BPP di Pesawaran
Senin, 18 November 2024 -
Para Pedagang Pasar Kedondong Siap Menangkan Nanda – Antonius di Pilkada Pesawaran
Sabtu, 16 November 2024 -
Brigif 4 Mar/BS Gelar Rangkaian Karya Bakti di Wilayah Lampung, Tingkatkan Fasilitas Pendidikan dan Sarana Bermain
Minggu, 10 November 2024 -
Universitas Teknokrat Indonesia Turut Berkontribusi Dalam Baksos dan Bakkes Brigif 4 Marinir/BS
Kamis, 07 November 2024