• Kamis, 26 Desember 2024

Sungai Tercemar Limbah Pabrik, Puluhan Ton Ikan di Way Sekampung Mati

Kamis, 21 Juni 2018 - 17.20 WIB
391

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Ketua Ikatan Jabung Sai (IJS), Zainal Abi, menyayangkan lambannya respon pemerintah terhadap masalah pencemaran Sungai (Way) Sekampung yang berdampak pada matinya puluhan ton ikan yang seharusnya menjadi penghasilan bagi para nelayan setempat.

Kekecewaan Abi juga sempat diposting pada akun media sosial miliknya, dengan harapan mendapat perhatian lebih luas dari masyarakat, termasuk pihak-pihak pengambil kebijakan. Dalam postingan itu, Abi juga menyertakan foto pendukung berupa ikan-ikan yang mati sia-sia di sepanjang aliran Way Sekampung, khususnya yang melintasi daerah Jabung.

“Kejadian semacam ini sudah berulang-ulang sejak lama, namun hingga kini belum ada penanganan serius dari pemerintah. Setiap libur lebaran atau libur natal dan tahun baru, pasti ikan-ikan di sungai akan mati. Ini jelas merugikan nelayan di sana yang hanya menggantungkan hidupnya pada hasil tangkapan,” ujarnya, Kamis (21/06/2018).

BACA : Astaga, Wanita Ini Dapatkan Perlakuan Tak Senonoh Diatas Kereta

BACA : Polsek Abung Selatan Lampura Amankan Lima Pelaku Pencuri Kayu Sonokeling

Menurut Abi, matinya ikan-ikan tersebut diduga kuat akibat pencemaran limbah dari pabrik singkong dan tebu yang berada di hulu sungai, tepatnya di daerah Pugung dan di perbatasan antara Lampung Selatan dan Lampung Timur. Saat ikan-ikat tersebut mati, kondisi air sungai memang keruh dan berbau. Padahal, dulu sebelum ada pabrik-pabrik tersebut, air sungai juga biasa dipakai untuk mandi.

“Lebaran pertama, kami sudah mendapat informasi banyak ikan mati di daerah Batu Badak (Marga Sekampung). Kemudian tanggal 16 Juni kemarin sudah sampai ke Jabung dan Asahan. Lalu tanggal 17 Juni, sudah sampai Rawa Seragi (Lampung Selatan), dengan kondisi air keruh dan berbau busuk. Makanya saya bilang, ini tercemar limbah dari atas,” bebernya.

Lebih jauh Abi mengatakan, permasalahan itu terjadi bukan hanya di tahun ini saja. Ini merupakan kejadian yang terus berulang dari tahun ke tahun. Sayangnya, tidak ada perhatian serius dari pemerintah.

Diakuinya, nelayan yang merasa dirugikan pernah menemui langsung Bupati Lampung Timur Chusnunia Chalim (sebelum cuti), dalam acara Nemui Nyimah yang memang selalu diagendakan Pemkab Lamtim setiap hari Kamis.

“Kalau menurut saya, pemerintah daerah justru saling lempar tanggungjawab dan sepertinya belum mampu mengatasi persoalan tersebut. Memang aspirasi didengarkan. Tapi kemudian diteruskan ke Dinas Lingkungan Hidup, yang nyatanya tidak ada action sampai sekarang,” ungkapnya. (Jaya)

Editor :