Terlalu Lama Antri Untuk Berobat di Rumah Sakit, Ibu Ini Meninggal Dunia
Kupastuntas.co, Lampung Timur - Meninggalnya Salbiyah (57), warga Desa Braja Asri, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur, menyisakan kekecewaan bagi pihak keluarga terhadap pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sukadana. Pasien diabetes dan stroke tersebut diduga meninggal karena terlantar dan ditolak oleh tenaga medis di rumah sakit plat merah tersebut, Selasa (17/04/2018) lalu.
Menurut I Nengah Derta (60), suami korban, istrinya mengidap penyakit stroke, diabetes dan sulit buang air kecil. Karena sulit membuang tinja, korban dibawa berobat ke RSUD Sukadana pada 08 April 2018 dengan fasilitas BPJS PBI dan dirawat inap. Selanjutnya, dokter menyarankan pasien untuk dibawa pulang pada 12 April 2018.
Setelah lima hari dirawat inap, lanjut Derta, istrinya dalam kondisi terpasang selang dikemaluannya. Sementara yang memperbolehkan pulang adalah dr. Nanang.
“Kami disuruh kontrol ulang pada tanggal 17 April," ujarnya kepada sejumlah wartawan, Jumat (11/05/2018).
Saat kontrol ulang tanggal 17 April 2018, petugas kesehatan mengarahkannya ke poli bedah.
"Kami disuruh menunggu karena terjadi antrean. Setelah menunggu tiga jam setengah, istri saya kejang-kejang karena tidak mendapat penanganan medis. Siang itulah istri saya meninggal," bebernya.
Atas kejadian ini, Derta mengaku amat kecewa dengan pelayanan rumah sakit yang terkesan membiarkan pasien menunggu lama di ruang tersebut. Ia pun berniat menuntut pihak rumah sakit akibat pelayanan yang tidak maksimal.
“Kami telah melaporkan persoalan ini ke Polres Lampung Timur," imbuhnya.
Terpisah, Direktur RSUD Sukadana, dr. Nanang, mengaku tidak mengetahui secara jelas peristiwa tersebut. Menurutnya, pada 17 April 2018, dirinya sedang mengikuti jalan sehat dalam rangka HUT Lampung Timur ke-19.
"Saya terima laporan klarifikasi dari perwakilan LSM seminggu atau 10 hari setelah kejadian," ucapnya.
Nanang membenarkan bahwa korban merupakan pasiennya yang pernah menjalani perobatan rawat inap di RSUD Sukadana, dikarenakan susah buang air kecil. Setelah lima hari rawat inap, korban diperbolehkan pulang dengan kondisi kelamin terpasang selang.
"Saya sendiri yang bertindak sebagai dokter bedah dan penanggung jawabnya. Kebetulan pasien itu tidak bisa kencing karena pengaruh syarafnya terganggu. Penyakit utamanya yakni komplikasi antara stroke, diabetes, dan gangguan lambung," urainya.
Informasi yang diterimanya, menyebut bahwa saat itu pasien hendak kontrol di poli bedah.
“Saat datang ke poli, kondisi korban masih stabil. Namun karena menunggu lama, makanya tubuh korban drop dan kejang-kejang,” kata dia.
Korban, lanjut dr. Nanang, segera dilarikan perawat ke ruang UGD. Korban langsung ditangani dokter jaga. Saat itu pasien tidak bisa bernafas, tapi detak jantung masih ada.
“Setelah diberikan bantuan nafas dan lainnya sesuai prosedur, pasien meninggal dunia. Kami sudah melakukan penanganan sesuai standar," tegasnya.
Sementara mengenai lamanya pasien menunggu antrean, itu pun merupakan prosedur rumah sakit. Pihaknya tidak bisa memprioritaskan pasien yang mengantre di poli bedah, karena pada prinsipnya semua pasien ingin ditangani. (Jaya)
Berita Lainnya
-
Jenazah Tanpa Busana Ditemukan Warga Mengapung di Irigasi Taman Sari Lampung Timur
Sabtu, 21 Desember 2024 -
Korban Banjir Rob di Margasari Lamtim Ngeluh Bantuan Pemerintah Tidak Merata
Jumat, 20 Desember 2024 -
Dilema Penambang Pasir Ilegal di Sukorahayu Lamtim, Diantara Kebutuhan Hidup dan Was-was dengan Aparat
Selasa, 17 Desember 2024 -
Pria 60 Tahun Ditemukan Tewas di Dalam Parit Desa Gedung Dalam Lamtim
Minggu, 15 Desember 2024