• Selasa, 26 November 2024

Lagi, Warga Datar Lebuay di Tanggamus Dambakan Jalan Diperbaiki

Kamis, 10 Mei 2018 - 17.10 WIB
899

Kupastuntas.co, Tanggamus - Warga Pekon Datar Lebuay, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, sangat mendambakan jalan di desa mereka yang masih berupa jalan tanah, diperbaiki dan ditingkatkan menjadi jalan aspal.

Karena kondisi ruas jalan pekon (desa) yang menghubungkan Pekon Airnaningan dengan Pekon Datar Lebuay ini saat ini sudah seperti bubur, karena tingginya curah hujan yang menyebabkan jalan menjadi tambah hancur.

“Kami sudah tinggal disini sejak tahun 70-an, tetapi kondisi jalannya masih seperti ini, masih jalan tanah. Yang berdebu saat kemarau dan berubah jadi bubur saat hujan seperti saat ini. Kondisi ini sangat mengganggu, terutama dalam hal kami menjual hasil kebun kami,” kata Samin (45), warga Talang Tasik, Pekon Datar Lebuay, Kecamatan Airnaningan, Kamis (10/5/2018).

Selain akses perekonomian, jalan tersebut juga menghubungkan Pekon Sinar Jawa yang merupakan pekon tetangga Pekon Datar Lebuay, serta menjadi alternatif warga maupun anak sekolah di dua pekon, menuju wilayah kantor Kecamatan Airnaningan, yang harus ditempuh selama dua jam apabila dari Talang Kepayang.

Hal itulah yang membuat warga ingin segera dilakukan perbaikan oleh dinas terkait di Pemkab Tanggamus.

“Apalagi kerusakan jalan sudah berlangsung lama tanpa disentuh perbaikan,” ujar Toni (45), warga setempat.

Akibat rusaknya akses jalan diwilayah ini yang paling dirasakan warga adalah sulitnya mengangkut dan mengantarkan hasil bumi semisal coklat, kopi, kelapa, pisang dan buah-buahan ke Pasar Tekad, Kecamatan Pulaupanggung atau ke pasar Talangpadang di Kecamatan Talangpadang.

Kondisi jalan terlihat berlumpur, ditambah di sepanjang pinggir jalan terlihat bukit-bukit yang kapan saja bisa terjadi longsor. Menurut warga, di musim hujan, untuk sampai ke Pasar Tekad butuh waktu sekitar 2 jam, bahkan bisa 4 jam bila warga yang berasal dari Talang Telepong.

“Kami berharap pemerintah bisa membantu kesulitan ini, setidaknya pengerasan jalan dan perluasan serta mengatasi kemungkinan longsor yang mengancam,” harap Ujang (39), warga lainnya.

Menurutnya, banyak sekali kendala kehidupan yang dialami warga atas kondisi terisolasi seperti ini. Keadaan ini juga berpengaruh bagi dunia pendidikan. Anak-anak harus berjalan kaki sekitar berkilo-kilo meter untuk sampai ke sekolah.

“Sangat wajar bila angka putus sekolah di desa kami tinggi,” kata dia. (Sayuti)

Editor :