Kambing Saburai Pembawa Berkah Bagi Masyarakat Tanggamus
Kupastuntas.co, Tanggamus - Minat masyarakat Kabupaten Tanggamus berternak kambing Saburai, hasil persilangan antara peranakan kambing Etawa (PE) dengan kambing Boer, cukup tinggi, karena bisa meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.
Tingginya minat beternak kambing itu, terlihat dari peningkatan jumlah populasi kambing Saburai dan jumlah warga yang menjadi peternak.
"Sampai Maret 2018 jumlah populasi Kambing Saburai di Tanggamus sudah 3 ribu ekor, dengan jumlah keluarga peternak 300 keluarga yang tergabung dalam 14 kelompok peternak," kata Ketua Asosiasi Kelompok Peternak (Asponak) Tanggamus, Rintoko, Minggu (29/4/2018).
Menurut Rintoko, para peternak kambing Saburai ini tersebar di Kecamatan Kotaagung Timur, Gisting, Sumberejo, dan Kecamatan Ulubelu.
Dimana awalnya peternak kambing Saburai ini hanya terbatas pada orang dewasa sebagai usaha sampingan. Tetapi berkat keuntungan yang menjanjikan dengan berternak kambing Saburai, menarik minat para pemuda untuk berternak.
"Anak-anak muda juga banyak yang menjadi peternak, khususnya yang putus sekolah dan belum menikah. Ini semua karena keuntungan yang menjanjikan dari berternak kambing Saburai," katanya.
Saat ini harga bibit kambing Saburai Rp100 ribu per kilogram untuk kambing betina dan Rp85 ribu per kilogram untuk kambing jantan.
"Kalau dijual perekor untuk kambing betina umur 6 bulan seharga Rp1,5 juta sampai Rp2 juta per ekor, kalau jantan umur 1 tahun Rp3,5 juta," ujar Rintoko.
Marno (41), salah seorang peternak kambing Saburai di Pekon Margoyoso, Kecamatan Sumberejo, Tanggamus mengatakan, peternak kambing Saburai bisa meraih penghasilan puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Dengan prospek bisnis yang menjanjikan itu, tidak heran banyak warga di desanya yang menjadi peternak. Meski bukan menjadi usaha utamanya. Sebab, usaha peternakan merupakan usaha sampingan masyarakat, yang umumnya menjadi petani, pedagang, dan guru.
"Penghasilan warga yang berternak kambing Saburai ini pun melonjak. Bahkan ada yang bisa membeli rumah, menyekolahkan anak hingga jadi sarjana, beli kendaraan dan lain-lain. Warga sekarang ada tabungan berupa kambing, dan siap dijual kapan saja," kata dia.
Yatno (37), seorang peternak kambing Saburai di Pekon Gisting Atas, Kecamatan Gisting, Tanggamus menambahkan bahwa keuntungan yang diperoleh mereka tidak hanya dari hasil menjual kambing, karena kotoran kambing juga punya nilai jual. Menurut dia, peminat kotoran kambing cukup tinggi karena digunakan sebagai pupuk.
"Dari hasil jual telek (kotoran) kambing, kalau ditotal saya sudah dapat untung Rp2 juta. Ini belum termasuk dari penghasilan susunya," katanya.
Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus, Ir. H. Shofwan, MM mengatakan, Kabupaten Tanggamus dijadikan sentra kambing Saburai oleh Pemprov Lampung karena wilayahnya cocok. Dengan iklim yang sejuk, Tanggamus menyediakan pakan yang melimpah buat ternak. Mulai dari daun-daunan, rumput, hingga limbah kulit kakao.
"Mudah perawatan dan ketersediaan pakan itulah yang merangsang peternak makin bersemangat mengembangkan kambing Saburai," ujar Shofwan
Menurut Shofwan, kambing Saburai selain sosoknya lebih besar, juga memiliki tingkat produksi dan kualitas daging yang lebih baik. Tingkat pertumbuhannya pun lebih cepat, sementara pemeliharaan dan perawatannya tak jauh berbeda dengan kambing lokal.
Kambing saburai memang diarahkan untuk diambil dagingnya. Ini salah satu alasan mengapa disilangkan antara PE dengan boer. Dilihat dari sosoknya kambing PE tinggi tetapi dagingnya sedikit. Pada awalnya memang, PE lebih diarahkan untuk diambil susunya. Sedangkan boer, gemuk dan pendek.
"Setelah disilangkan hasilnya seperti yang diharapkan yakni kambing saburai dengan performa tinggi dan gemuk. Saat lahir berat rata-rata saburai 2,5 - 3,5 kilogram. Setelah setahun, saburai bisa mencapai 50 - 60 kilogram, beda dengan kambing kacang yang hanya 24 - 27 kilogram, dan kambing PE 40 - 60 kilogram," terang Shofwan.
Kambing saburai adalah kambing hasil persilangan antara Peranakan Ettawa (PE) dengan kambing Boer. Kambing ini lahir melalui metode inseminasi buatan pada tahun 2001 oleh inseminator bernama Masro Haryono yang dilakukan di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. (Sayuti)
Berita Lainnya
-
Dirut dan Direktur Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Tanggamus Jadi Tersangka Korupsi
Jumat, 22 November 2024 -
Pria di Tanggamus Bacok Teman Gegara Burung Merpati, Ini Kronologinya
Kamis, 21 November 2024 -
Jembatan Gantung Way Umbar Rusak, Pemkab Tanggamus Fokus Tingkatkan Jalan Menuju Akses Permanen
Minggu, 17 November 2024 -
Kejari Tanggamus Sita Harta Mantan Kepala Desa Sukamernah karena Terlibat Korupsi
Kamis, 14 November 2024