Petani Kakao Gagal Panen Akibat Hama, Pemerintah Diminta Turun Tangan
Kupastuntas.co, Tanggamus - Petani kakao di Kecamatan Limau, Kabupaten Tanggamus, gagal panen akibat hama dan penyakit. Dampaknya, kehidupan mereka semakin terhimpit akibat melonjaknya harga berbagai kebutuhan pokok.
Bahkan banyak diantaranya yang terlilit hutang pada rentenir dengan bunga tinggi. Saat ini mereka hanya bisa pasrah, dan mengharapkan uluran tangan pemerintah untuk mengatasi kehidupan mereka yang semakin sulit.
“Sudah tiga tahun ini kami tidak pernah panen. Karena tanaman dan buah kakao kami terserang hama dan penyakit. Yang berakibat gagal panen,” kata Sodiq (32), petani kakao di Dusun Sinar Madang, Pekon Banjar Agung, Kecamatan Limau, Kabupaten Tanggamus, Senin (9/4/2018)
Menurut Sodiq, gagal panen itu diakibatkan penyakit yang membuat buah kakao tidak bisa menghasilkan biji. Kalaupun ada hasil biji rusak sehingga tidak bisa dijemur apalagi dijual di pasaran. Dia mencontohkan, dari satu hektar lahan yang ditanami kakao dalam satu panen hanya mendapatkan lima sampai sepuluh kilogram biji kakao. Padahal panen sebelumnya bisa menghasilkan berlipat-lipat.
Sodiq menjelaskan, tanda-tanda buah kakao yang diserang hama itu menjadi berwarna kuning bercampur hijau atau kuning dan jingga dan terdapat lubang kecil yang diduga menjadi tempat keluar serangga. Ketika buah dibelah biji-bijinya saling melekat dan berwarna kehitaman, biji juga tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil.
Selain itu, banyak juga buah kakao muda menjadi kering dan mati, berwarba coklat kehitaman.
“Biasanya buah membusuk dari ujung atau pangkal buah,” katanya
Berbagai upaya sudah dilakukan oleh para petani bahkan hingga meremajakan pohon agar tidak terserang penyakit lain. Belum lama ini para petani juga mendapatkan bantuan bibit dari pemerintah namun nyaris mati semua sebelum berbuah. Kendati sudah dilakukan pemupukan serta perawatan yang rutin, namun tetap banyak yang mati.
“Padahal, sejak kopi ditebangi, otomatis gantungan kami hanya dari kakao. Ternyata, masa keemasan kakao sudah suram, buktinya kami gagal panen terus,” kata Atian, petani kakao lainnya di Dusun Sinar Madang.
Para petani pun harus pontang-panting mencari sumber penghasilan lain untuk menutupi kebutuhan hidup. Misalnya, mengandalkan hasil kebun lainnya seperti kelapa, pisang atau buah-buahan seperti duku dan durian atau yang lain. Bahkan di antaranya ada yang terbelit utang. Karena walau kakao tidak berproduksi, tetapi mereka tetap butuh makan, membeli kebutuhan pokok, membeli obat-obatan dan kebutuhan hidup lainnya.
“Untuk sekedar bertahan hidup, apapaun kami kerjakan termasuk jadi buruh panggul kayu dan bangunan,” ujar Yasir (45), petani kakao di Pekon Pariaman, Kecamatan Limau. (Sayuti)
Berita Lainnya
-
Dirut dan Direktur Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Tanggamus Jadi Tersangka Korupsi
Jumat, 22 November 2024 -
Pria di Tanggamus Bacok Teman Gegara Burung Merpati, Ini Kronologinya
Kamis, 21 November 2024 -
Jembatan Gantung Way Umbar Rusak, Pemkab Tanggamus Fokus Tingkatkan Jalan Menuju Akses Permanen
Minggu, 17 November 2024 -
Kejari Tanggamus Sita Harta Mantan Kepala Desa Sukamernah karena Terlibat Korupsi
Kamis, 14 November 2024