• Jumat, 19 April 2024

Urgen! Petani Kopi Tanggamus Harapkan Bantuan Pemerintah

Minggu, 18 Maret 2018 - 18.09 WIB
562

Kupastuntas.co, Tanggamus - Musim panen, petani kopi di Kabupaten Tanggamus mengeluhkan kerusakan jalan akses menuju sentra perkebunan kopi. Kerusakan jalan menghambat petani memasarkan hasil panen ke pedagang pengepul.

Akibat kondisi jalan yang rusak parah, para petani terpaksa menjual kopi mereka kepada para tengkulak yang datang ke desa dengan harga sangat rendah, yaitu Rp7.000 per kg. Padahal jika dijual di pedagang pengepul di Kecamatan Wonosobo atau Pasar Kotaagung, harga kopi bisa dihargai Rp10.000 per kg.

“Kami minta agar pemerintah mengetahui kondisi jalan kami, dengan demikian pemerintah bisa segera melakukan perbaikan,” harap Hazali, petani kopi di Pekon Gunungdoh, Kecamatan Bandar Negeri Semoung, Minggu (18/03/2018).

Pantauan Kupastuntas.co, Minggu (18/03/2018) sejumlah infrastruktur jalan raya menuju sentra-sentra perkebunan kopi rakyat di Kabupaten Tanggamus mengalami kondisi rusak parah. Seperti ruas jalan di Kecamatan Ulubelu yang merupakan daerah penghasil kopi terbesar di Kabupaten Tanggamus.

Kemudian ruas Air Naningan—Datar Lebuay—Sinar Jawa di Kecamatan Air Naningan. Bahkan, ruas Sanggi—Atar Lebar di Kecamatan Bandarnegeri Semoung yang masih berupa jalan tanah, dan jalan tanah yang melintasi punggung perbukitan tersebut tidak bisa dilewati terutama saat hujan oleh sepeda motor sekalipun.

"Kami membutuhkan perhatian dari pemerintah daerah dalam bentuk penyuluhan pertanian dan bimbingan pemasaran. Sebab, jika kondisi ini dibiarkan, kami khawatir perkebunan kopi di Tanggamus akan punah,” kata Suwandi (47), petani kopi di Sinar Jawa.

Dengan kondisi jalan yang rusak parah, petani mengaku kesulitan memasarkan kopi mereka ke pedagang pengepul. Karena waktu tempuh yang panjang, ditembah dengan ongkos angkut barang dan orang menjadi melambung tinggi hingga 150 persen.

Petani kopi di Pekon Atar Lebar, Kecamatan Bandarnegeri Semoung misalnya, harus mengeluarkan ongkos Rp1.000 per kg kopi yang akan dijual ke Pasar Wonosobo yang jaraknya sekira 10 km.

Sementara untuk ongkos orang dikenai Rp50 ribu untuk sekali jalan. Artinya untuk pulang dan pergi petani setempat harus mengeluarkan ongkos Rp100 ribu, belum termasuk ongkos barang belanjaan dan sebagainya.

“Kondisi ini sangat berat kami rasakan, terlebih musim kali ini kami dihadapkan pada murahnya harga kopi, dibandingkan musim tahun lalu,” kata Iswanto, petani kopi di Pekon Atar Lebar.

Kondisi jalan yang parah membuat petani menjadi tidak bersemangat. Sehingga, ratusan hektar tanaman kopi di Datar Lebuay dan Sinar Jawa, Kecamatan Air Naningan misalnya, dibiarkan tumbuh seadanya.

Menurut petani kopi akhir bulan Mei 2018, kopi memasuki masa panen raya. Mereka berharap pemerintah segera membangun jalan raya menuju sentra-sentra perkebunan kopi rakyat tersebut, karena memang jalan tersebut sudah layak diperbaiki. (Sayuti)

Editor :