Warning! Neraca Dagang RI Defisit Tiga Bulan
Kupastuntas.co, Jakarta – BPS (Badan Pusat Statistik) nyatakan neraca perdagangan Indonesia pada Februari 20187 masih tetap alami deficit sebesar US$116 juta. Hal tersebut disebabkan oleh adanya lantaran nilai ekspor yang hanya mencapai US$14,10 miliar, sedangkan impor mencapai US$14,21 miliar.
Suhariyanto, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan nilai ekspor itu berasal dari ekspor non-migas sebesar US$12,71 miliar serta ekspor migas sebesar US$1,39 miliar.
Untuk nilai impor, lanjutnya, berasal dari impor non-migas sebesar US$ 11,95 miliar, sedangkan impor migas sebesar US$2,26 miliar.
"Ini perlu jadi perhatian karena tiga bulan berturut-turut kita defisit, tentu jadi warning buat kita semua." ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Kamis, (15/3/2018)
Adanya penurunan nilai ekspor ini, menurut Suhariyanto, disebabkan oleh adanya penurunan harga pada sektor non-migas yang mempunyai share terbesar terhadap total ekspor, yakni 90,13 %. Sektor yang mengalami penurunan terbesar itu ialah industri senilai 72,38 % yang diikuti tambang 16,08 % dan migas 9,87 %.Sedangkan untuk impor, pertumbuhannya didominasi oleh kelompok bahan baku serta bahan penolong yang sharenya mencapai 74,43 persen. Meskipun begitu, secara month to month nilai impornya turun 7,74 persen atau sebesar US$10,58 miliar.
"Tentu kita harapkan impor barang penolong dan modal ini mampu berikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi kita dan mampu menciptakan lapangan kerja," ujarnya.
Dengan demikian, secara kumulatif, kata Suhariyanto, neraca perdagangan selama Januari-Februari 2018 mengalami defisit sebesar US$870 juta. Di mana total ekspor tercatat sebesar US$28,65 miliar dan impor US$29,52 miliar.
"Defisit ini tentu kita berharap tidak terus terjadi, sehingga bulan depan bisa bagus dan meningkatkan performance-nya," ujarnya.
Adapun negara-negara yang mengalami surplus neraca perdagangan dengan Indonesia pada Februari 2018 diantaranya Amerika Serikat US$1,46 miliar, India US$1,33 miliar dan Belanda US$439 juta.
Sedangkan yang mengalami defisit adalah Tiongkok sebesar US$3,28 miliar, Thailand US$665 juta, dan Australia US$421 juta. (*)
Sumber : viva.co.id
Berita Lainnya
-
OJK: Aset Perbankan di Lampung Tembus Rp134 Triliun, Kredit UMKM 33 Triliun
Selasa, 26 November 2024 -
OJK: Literasi Keuangan Faktor Penentu Masa Depan Generasi Muda
Kamis, 24 Oktober 2024 -
Investor Pasar Modal di Lampung Capai 311.933 Orang, Total Transaksi Rp9,3 Triliun
Kamis, 10 Oktober 2024 -
Pertanian Kontribusi Terbesar Ekonomi Lampung Lima Tahun Terakhir, BPS: Kokoh Meski di Tengah Terpaan Covid-19
Minggu, 06 Oktober 2024