• Minggu, 24 November 2024

Harga Anjlok, Petani Sayur di Tanggamus Menjerit

Selasa, 20 Februari 2018 - 21.30 WIB
655

Kupastuntas.co, Tanggamus - Petani sayuran di sentra penghasil sayur mayur di Kecamatan Gisting dan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus mengeluhkan anjloknya harga sayuran. Ditengarai anjloknya harga sayuran ini akibat permainan tengkulak.

Dampak dari anjloknya harga komoditas sayuran andalan petani seperti kol (kubis), sawi putih, sawi pahit, wortel, kacang panjang, cabe merah dan cabe rawit itu menyebabkan para petani merugi jutaan rupiah, akibat hasil panen tidak sebanding dengan biaya operasional yang mereka keluarkan.

Kasirun (55), salah seorang petani sayur di Pekon Landsbaw, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus, menuturkan, saat ini para petani sayuran di Kecamatan Gisting sedang merana akibat anjloknya harga hampir semua komoditi sayuran.

Dia mencontohkan, harga kol ditingkat petani hanya Rp2 ribu/Kg, Sawi putih Rp750 sampai Rp1.000/ Kg, sawi pahit Rp1.000/Kg. Kemudian kacang panjang Rp1.000/ikat, wortel Rp5 ribu/ Kg, timun Rp2.500/Kg. Bawang daun (loncang) Rp5 ribu/Kg, buncis Rp5 ribu/Kg.

"Harga bumbu juga anjlok. Cabe merah dan cabe rawit masing-masing Rp20 ribu/Kg. Kemudian bawang merah Rp12 ribu/Kg," terangnya, Selasa (20/02/2018).

Hal yang sama juga diungkapkan Maryono (43). Petani di Pekon Sidokaton, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus, ini juga mengaku sudah tiga bulan semua harga komoditi sayuran yang ditanam oleh mayoritas petani di Kecamatan Gisting dan Sumberejo, terjun bebas (anjlok).

“Saat bulan Desember 2017, kami berpikir anjloknya komoditi sayuran ini karena musim hujan, dan stok melimpah. Tetapi kok sampai sekarang memasuki kemarau, harganya tambah hancur," katanya.

Menurut Maryono, sesungguhnya ribuan kepala keluarga yang menggantungkan hidupnya dari bertani sayuran ini sadar, jika anjloknya harga komoditi sayuran itu akibat permainan tengkulak. Mereka menyadari selama ini harga komoditi sayuran masih dikendalikan oleh tengkulak, sehingga sering merugikan mereka.

"Pengaruh para tengkulak ini sangat kuat, sehingga soal hargapun sepenuhnya ditentukan mereka (tengkulak). Sehingga keuntungan petani terbatas, sementara tengkulak untung besar," katanya.

Herman (51), petani sayur lainnya di Pekon Simpang Kanan, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus, mengatakan, selama ini para petani yang mengembangkan budidaya sayuran, sulit menjual hasil panennya ke pasar. Karena mereka sudah terikat oleh para tengkulak.

"Bagaimana tidak, selama ini petani sudah pinjam uang, sampai kebutuhan bibit, pupuk dan obat-obatan semuanya dari tengkulak. Ya otomatis, pas panen harus dijual ke tengkulak," ujarnya. (Sayuti)

Editor :