• Jumat, 22 November 2024

Akibat Gagal Panen, Petani Kopi Lambar Dilanda Paceklik

Rabu, 07 Februari 2018 - 13.49 WIB
242

Kupastuntas.co, Lampung Barat – Sudah sejak bulan Desember tahun 2017 lalu, warga di kabupaten Lampung Barat dilanda paceklik khususnya petani kopi. Faktor utama paceklik adalah gagalnya panen kopi tahun sebelumnya, sehingga untuk menutupi kebutuhan petani terpaksa berhutang.

Seperti di ungkapkan Mat Badri, warga kecamatan batu brak kepada kupastuntas.co (7/2/2018), dirinya mengaku telah berhutang kepada Bos Kopi (Pengepul Kopi) sejak 2 bulan lalu.

"Tahun lalu panen kopi dari kebun milik saya hanya 5 kuintal saja, semua kebutuhan di ambil dari hasil panen tersebut baik kebutuhan makan, biaya sekolah dan lainnya. Bayangkan saja dengan hasil panen 5 kuintal setelah dijual dengan harga 20 ribu, maka saya pegang uang cuma 10 juta. Uang tersebut untuk kebutuhan dalam 1 tahun, belum lagi kebun harus tetap dirawat dan dananya di ambil dari situ juga. Jauh dari kata cukup, yang ada saya pinjam dulu ke bos kopi dengan konsekuensi di bayar setelah panen dan hasil panen tahun ini di jual ke bos kopi tempat berhutang tadi," ungkap Badri.

Senada dengan M Badri, warga di kecamatan Belalau juga mengalami keadaan yang tidak berbeda dengan warga di Kecamatan Batubrak. Salah satu warga di sana Syahlan, mengungkapkan kegelisahan nya sejak paceklik melanda.

"Saat ini Petani Kopi benar-benar menangis, tadi pagi saya ke pasar untuk membeli rokok lintingan yang akan saya jadikan stok untuk bekal menginap di kebun. Saya tidak mampu lagi untuk membeli rokok jadi, jadi seadanya saja asal bisa ngerokok. Di pasar juga sepi enggak seperti biasanya, pedagang di pasar juga pada mengeluh karena sepinya pembeli," kata Syahlan.

Bukan hanya petani kopi saja yang merasakan imbas paceklik, sejumlah bos kopi di Lambar juga uring-uringan karena paceklik. Pasalnya, petani ramai-ramai berhutang dengan bos kopi sehingga bos kopi harus keluar modal pribadi terlebih dahulu untuk memberikan sejumlah pinjaman kepada petani.

"Ya kalau kita tidak bisa kasih pinjam petani tidak akan menjual hasil panennya kepada kita nanti, mereka menjual kopi kepada bos kopi yang membantu mereka saat situasi sulit seperti sekarang," kata Anjurni, salah satu bos kopi di batubrak.

Hal yang sama juga di alami Indra, yang juga berprofesi sebagai pembeli kopi dari petani. Menurut Indra, saat paceklik terjadi akan berimbas negatif pada profesi mereka sebagai pengepul kopi.

"Lihat saja gudang saya sekarang tidak terdapat kopi sama sekali, paling hanya 20 sampai 50 kopi saja yang ada. Itupun berasal dari beberapa warga, saya perkirakan paceklik ini akan berlangsung hingga akhir bulan februari sampai awal maret tahun ini. Memang tahun ini diprediksi panen kopi akan meningkat dari tahun sebelumnya, namun masih jauh dari harapan petani dan kami selaku pengepul. Mengingat buah kopi yang akan di panen tidak lebat, bisa di lihat buah kopi yang menempel tidak padat seperti seharusnya," terang Indra.

Paceklik yang di alami petani kopi juga dirasakan para pedagang di pasar-pasar tradisional di Lambar. Pasar terlihat sepi pengunjung hingga turun sampai 60 persen lebih pengunjung.

"Dagangan saya susah lakunya, mau dijual murah juga jarang pembeli dan kita sudah pasti rugi. Tapi kalau tidak begitu stok barang menumpuk dan akan membusuk, apalagi pedagang sayur seperti saya," ujar Senuri, seorang pedagang sayur. (Anton)

Editor :