Baru Selesai Dibangun, Proyek Beronjong di Hantatai Lampung Barat Mulai Rusak dan Tak Berfungsi
Penampakan proyek beronjong di Pekon (Desa) Hantatai, Kecamatan Bandar Negeri Suoh (BNS), Lampung Barat yang digadang-gadang sebagai penahan banjir namun kini menuai keluhan warga. Foto: Echa/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Lampung
Barat - Proyek pemasangan beronjong di Pekon (Desa) Hantatai, Kecamatan Bandar
Negeri Suoh (BNS), Lampung Barat, kembali menjadi sorotan warga. Pasalnya,
meski baru beberapa waktu selesai dikerjakan, kondisi beronjong di sejumlah
titik sudah tampak mengalami kerusakan dan dinilai belum memberikan manfaat
maksimal sebagai penahan banjir di area persawahan masyarakat.
Berdasarkan
pantauan Kupastuntas.co, sejumlah beronjong yang dibangun di sepanjang aliran
sungai setempat terlihat mulai miring dan mengalami kerusakan. Beberapa bagian
kawat penahan batu bahkan sudah terlepas, memperlihatkan material di dalamnya
yang tampak tidak kokoh.
Pada beberapa
titik, warga terlihat menambahkan tembok darurat untuk menahan air agar tidak
masuk ke lahan sawah mereka. Langkah tersebut terpaksa dilakukan karena banjir
masih kerap meluap dan menggenangi area pertanian, meskipun proyek beronjong
sudah rampung dikerjakan.
Kondisi ini semakin
memunculkan tanda tanya atas mutu pekerjaan proyek tersebut. Terlebih, sejak
awal pelaksanaan, penggunaan batu bulat dalam susunan beronjong diduga menjadi
penyebab utama cepatnya konstruksi itu mengalami kerusakan.
Dari pengamatan di
lapangan, tampak beberapa bagian beronjong dilapisi dengan batu belah. Namun,
batu bulat yang digunakan sebelumnya masih terlihat jelas di bagian dalam,
memperlihatkan ketidaksesuaian material dengan standar teknis pembangunan
beronjong.
Salah seorang warga
yang enggan disebutkan namanya mengatakan, banjir yang menerjang kawasan
tersebut masih menjadi persoalan tahunan. Meski intensitasnya berkurang, air
tetap masuk ke sawah setiap kali curah hujan tinggi mengguyur wilayah itu.
“Sekarang memang
tidak separah dulu, tapi setiap kali banjir datang, air tetap masuk ke sawah.
Bahkan bukan cuma air, batu-batu dari arah sungai juga ikut masuk,” ujarnya,
Jumat (24/10/2025).
Warga itu menilai,
pekerjaan beronjong tersebut tidak maksimal karena belum menjadi solusi konkret
bagi permasalahan petani di Pekon Hantatai. Ia menyebut, sejak awal, warga sudah
menyoroti penggunaan material batu bulat yang dianggap tidak sesuai dengan
spesifikasi teknis.
“Dari awal kami
sudah lihat batunya itu batu bulat dari sungai, bukan batu belah. Harusnya
kalau mau kuat dan nahan arus, pakai batu belah. Tapi ini malah cepat rusak,”
katanya.
Proyek beronjong di
Pekon Hantatai tersebut merupakan bagian dari pekerjaan Rehabilitasi Jembatan
Koridor 13 dengan nomor kontrak 01/KTR/JBT/RHB-JK13/V.03/VII/2025. Kontrak
proyek itu ditandatangani pada 18 Juni 2025 dengan jangka waktu pengerjaan
selama 90 hari kalender.
Anggaran proyek
bersumber dari Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK) Provinsi Lampung
dengan nilai mencapai Rp987 juta. Pekerjaan ini mencakup tiga lokasi, yakni
Jembatan Sebatuan Lunik, Jembatan Tembelang Lunik, dan Jembatan Hantatai.
Di Jembatan
Sebatuan Lunik, kegiatan proyek meliputi penggantian base, patching,
pengaspalan, pengecatan, serta pembersihan. Sementara di Jembatan Tembelang
Lunik terdapat pembangunan drainase, talud, dan pembersihan aliran jembatan.
Adapun di Jembatan Hantatai, fokus pekerjaan adalah pemasangan beronjong di
sepanjang aliran sungai yang berbatasan langsung dengan lahan persawahan warga.
Meski memiliki
nilai kontrak cukup besar, proyek yang dikerjakan oleh CV Bunga Mutiara itu
sejak awal pelaksanaan sudah menuai sorotan publik. Tidak adanya papan
informasi proyek di lokasi menjadi pertanyaan besar masyarakat karena dinilai
mengabaikan prinsip keterbukaan publik sebagaimana diatur dalam regulasi.
Sorotan juga datang
terkait kualitas material yang digunakan. Sejumlah warga menyebut, selain
material tidak sesuai spesifikasi, proses penataan batu dan pemasangan kawat
penahan juga terlihat tidak rapi. Akibatnya, saat arus sungai meningkat,
tekanan air membuat sebagian beronjong bergeser dan rusak.
Warga berharap
pemerintah daerah maupun pihak Dinas BMBK Provinsi Lampung dapat segera
meninjau kembali hasil pekerjaan proyek tersebut. Mereka menilai, jika tidak
segera diperbaiki, kerusakan beronjong akan semakin parah dan berdampak pada
rusaknya lahan pertanian masyarakat.
“Kalau dibiarkan
terus, nanti setiap kali hujan besar sawah kami pasti tergenang lagi. Kami cuma
minta proyek diperbaiki supaya benar-benar bisa menahan air,” pungkas warga
tersebut. (*)
Berita Lainnya
-
Kontingen Lampung Barat Raih Prestasi di Festival Tunas Bahasa Ibu Provinsi Lampung 2025
Jumat, 24 Oktober 2025 -
Sehari Dua Motor Jadi Sasaran Curanmor, Polisi Perketat Pengawasan di Lampung Barat
Jumat, 24 Oktober 2025 -
Kejari dan Pemkab Lampung Barat Target Buka 7 Hektar Sawah Baru
Kamis, 23 Oktober 2025 -
Parosil Mabsus Lepas 34 Jamaah Umroh: Fokus Ibadah, Bukan Oleh-oleh
Kamis, 23 Oktober 2025









