• Senin, 20 Oktober 2025

Selter Kadisdikbud Metro Disorot, Pengamat Nilai Perlunya Rekam Jejak Mengajar

Senin, 20 Oktober 2025 - 09.30 WIB
253

Pengamat politik dan kebijakan publik dari FISIP Universitas Dharma Wacana Metro, Dr. (Cand.) Ari Gusnita. Foto: Arby/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Seleksi terbuka (Selter) jabatan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Metro tengah menjadi sorotan publik. Proses yang digelar untuk mencari sosok pengendali arah kebijakan pendidikan di Kota berjargon Metro Bahagia itu dinilai belum sepenuhnya menjamin lahirnya pemimpin yang memahami dunia pendidikan dari akar rumput.

Sejumlah pengamat politik dan kebijakan publik menilai, jabatan Kepala Disdikbud bukan sekadar kursi birokrasi, melainkan posisi strategis yang membutuhkan rekam jejak kuat sebagai pendidik dan pemahaman mendalam terhadap dinamika pembelajaran.

Pengamat politik dan kebijakan publik dari Universitas Dharma Wacana Metro, Dr. (Cand.) Ari Gusnita menilai proses seleksi jabatan pimpinan tinggi pratama (JPTP) kerap kali terjebak dalam formalitas administratif.

Ia menegaskan, jabatan Kadisdikbud tidak bisa diserahkan hanya kepada figur yang sekadar memenuhi syarat teknis birokrasi, tanpa pengalaman nyata di dunia pendidikan.

"Jabatan ini menyangkut masa depan anak-anak kita. Kepala dinas harus lahir dari pengalaman mengajar, memahami pola pikir guru, dan realitas sekolah. Tanpa itu, kebijakan yang lahir hanya akan bersifat elitis dan jauh dari kebutuhan lapangan,” kata dia kepada Kupas Tuntas, Senin (20/10/2025).

Dirinya menambahkan, Metro dikenal sebagai Kota Pendidikan. Oleh karena itu, kepala dinas yang terpilih harus menjadi simbol kualitas dan integritas pendidikan, bukan hanya representasi dari kepentingan politik atau birokrasi.

Ari Gusnita mengingatkan potensi munculnya ancaman jika kursi Kadisdikbud diisi oleh sosok yang tidak memiliki latar belakang dan rekam jejak pendidikan yang kuat.

Menurutnya, sejumlah kebijakan pendidikan di daerah sering gagal karena pejabatnya lebih banyak menguasai administrasi ketimbang memahami pedagogi.

“Kita sering melihat kebijakan yang sibuk di atas meja, tapi tidak berpihak pada guru dan siswa. Di Metro, kita butuh kepala dinas yang tahu bagaimana rasanya mengajar di kelas, bagaimana beban guru di lapangan, dan bagaimana murid belajar dalam keterbatasan,” tegasnya.

Aktivis kampus tersebut juga menilai, seleksi kali ini harus menjadi titik balik. Panitia seleksi dan Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) diharapkan tidak hanya berpedoman pada skor wawancara dan kelengkapan berkas, tetapi juga menilai kedalaman pengalaman serta komitmen terhadap dunia pendidikan.

Proses seleksi jabatan Kepala Disdikbud Metro diikuti sejumlah nama dari berbagai latar belakang, termasuk pejabat lintas bidang. Hal ini menimbulkan pertanyaan publik tentang pentingnya linearitas akademik antara bidang studi dan jabatan yang akan diemban.

Sejumlah kalangan menilai, linearitas pendidikan bukan soal teknis belaka, tetapi cerminan profesionalitas dan integritas dalam memimpin sektor pendidikan.

"Orang pendidikan itu punya cara berpikir berbeda. Mereka terbiasa melihat masalah dengan perspektif pembelajaran, bukan sekadar target birokrasi. Kepala dinas ideal harus memiliki kombinasi antara kemampuan manajerial dan pengalaman empiris di ruang kelas. Kalau hanya pandai administrasi tapi buta terhadap dunia belajar, kebijakan bisa kehilangan jiwa,” jelasnya.

Selain soal rekam jejak, kepala Disdikbud Metro yang baru juga dihadapkan pada tiga tantangan besar, yaitu peningkatan mutu guru dan sekolah, kesejahteraan tenaga pendidik, serta percepatan transformasi digital pendidikan.

"Tantangan itu hanya bisa dijawab oleh sosok yang benar-benar memahami kultur pendidikan dari dalam. Metro punya potensi besar. Tapi tanpa pemimpin yang mengerti denyut sekolah dan semangat guru, visi Kota Cerdas hanya akan jadi slogan,” ujarnya.

Wanita yang merupakan dosen FISIP UDW Metro tersebut menilai, integritas panitia seleksi menjadi kunci utama. Transparansi, independensi, dan akuntabilitas proses seleksi akan menentukan kualitas hasilnya. Pansel juga diminta menekankan pentingnya publikasi terbuka terkait profil, visi, dan rekam jejak kandidat agar masyarakat dapat menilai secara objektif.

“Kalau seleksi ini tertutup dan tidak transparan, kepercayaan publik bisa turun. Padahal pendidikan itu sektor paling sensitif, karena menyangkut masa depan anak-anak Metro,” tandasnya.

Kini, seluruh mata tertuju pada siapa yang akan menakhodai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Metro kedepan. Masyarakat berharap, jabatan strategis ini tidak jatuh ke tangan figur yang hanya kuat secara politik, tetapi lemah dalam pemahaman pendidikan.

Publik Metro menanti sosok yang bukan hanya piawai mengelola birokrasi, melainkan juga mampu berdiri di depan kelas, agar setiap kebijakan yang lahir dari Disdikbud bukan sekadar angka dan laporan, tetapi berakar pada nilai, nurani, dan pengalaman nyata dunia pendidikan.

Dari data yang dihimpun berdasarkan daftar lampiran I hasil seleksi administrasi dan rekam jejak dalam rangka seleksi terbuka pengisian JPT-Pratama Kepala disdikbud Kota Metro masing-masing ialah :

1. Martati, S.Pd., M.Pd yang kini menjabat sebagai Kepala UPTD SMP Negeri 2 Metro. Dengan perolehan nilai 93.75 atau dengan bobot 18.75 persen.

2. Dr. Agus Muhammad Septiana, SIP., MH yang kini menjabat Kabid Pengembangan Kompetensi Manajerial pada BPSDM Daerah Provinsi Lampung. Dengan perolehan nilai 81.25 atau dengan bobot 16.25 persen.

3. Eka Syafrianto, S.Pd.I., M.Pd.I yang kini menjabat Kabag Kesra Pemkot Metro. Dengan perolehan nilai 70.00 atau dengan bobot 15.00 persen.

4. Fezal Aferizal, SH., M.Kn yang kini menjabat sebagai Kabid Pembinaan Pendidikan Dasar pada Disdikbud Kota Metro. Dengan perolehan nilai 68.75 atau dengan bobot 13.75 persen.

5. Zaki Mubaroq, SH., MH yang kini menjabat Kabag organisasi Pemkot Metro. Dengan perolehan nilai 68.75 atau dengan bobot 13.75 persen. (*)