Tren Job Hugging, Sinyal Kestabilan Zona Nyaman dalam Daya Saing Pasar Kerja, Oleh: Dwi Kurniasari

Neneng Dwinur Rizki Kurniasari, S.Si., M.Pd. Wartawan Kupas Tuntas di Bandar Lampung. Foto: Ist.
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Fenomena job hugging semakin mencuri perhatian di tengah perubahan lanskap dunia kerja modern.
Berbeda dengan tren job hopping yang ditandai dengan mobilitas tinggi dan perpindahan kerja dalam waktu singkat, job hugging menggambarkan kecenderungan pekerja khususnya Gen Z dan milenial untuk bertahan lebih lama di satu perusahaan.
Pilihan ini biasanya dilatarbelakangi oleh rasa nyaman, stabilitas, serta lingkungan kerja yang mendukung keseimbangan hidup.
Bagi generasi muda, pekerjaan tidak lagi semata-mata menjadi alat untuk mencari nafkah, melainkan juga sarana untuk menjaga kesehatan mental dan kualitas hidup.
Setelah pandemi, kesadaran akan pentingnya well-being semakin meningkat. Akibatnya, mereka lebih menghargai tempat kerja yang memberikan fleksibilitas, komunikasi yang sehat, serta kesempatan berkembang tanpa tekanan berlebihan.
Namun, tren job hugging tidak serta-merta berarti karyawan kehilangan ambisi. Justru sebaliknya, fenomena ini memperlihatkan bahwa Gen Z dan milenial lebih selektif.
Mereka hanya akan “memeluk” pekerjaannya jika perusahaan benar-benar mampu menciptakan kultur positif, menghargai kontribusi, dan selaras dengan nilai hidup pribadi. Stabilitas yang mereka cari bukan sekadar soal gaji tetap, tetapi lebih pada suasana kerja yang manusiawi.
Meski begitu, ada sisi lain yang perlu diwaspadai. Terlalu lama berada di zona nyaman dapat menimbulkan risiko stagnasi.
Pekerja yang enggan keluar dari pola kerja yang sama berpotensi kehilangan daya saing, terutama di era pasar kerja yang menuntut inovasi, kecepatan, dan adaptasi. Kenyamanan yang tidak diimbangi dengan pengembangan diri bisa menjadi jebakan karier.
Dari perspektif perusahaan, job hugging menghadirkan keuntungan berupa retensi talenta. Perusahaan tidak perlu terus-menerus mengeluarkan biaya besar untuk rekrutmen atau pelatihan dasar bagi karyawan baru.
Namun, kestabilan ini juga bisa berubah menjadi tantangan jika perusahaan gagal menyediakan ruang upskilling dan jalur karier yang progresif.
Karyawan yang terlalu nyaman tanpa peluang berkembang bisa berujung pada turunnya produktivitas. Oleh karena itu, keseimbangan menjadi kunci.
Perusahaan harus mampu meramu budaya kerja yang tidak hanya membuat karyawan betah, tetapi juga memacu mereka untuk terus belajar. Program pelatihan, kesempatan rotasi posisi, hingga penghargaan atas kreativitas perlu menjadi bagian dari strategi agar kenyamanan tidak menjelma menjadi stagnasi.
Di sisi lain, para pekerja muda juga memikul tanggung jawab pribadi. Loyalitas pada perusahaan patut diapresiasi, tetapi jangan sampai mengorbankan pengembangan diri.
Mencari tantangan baru, meningkatkan keterampilan, dan memperluas jejaring tetap penting dilakukan meskipun merasa nyaman dengan pekerjaan yang ada.
Fenomena job hugging pada akhirnya mencerminkan pergeseran paradigma bekerja. Generasi muda ingin lebih dari sekadar gaji bulanan; mereka mencari makna, nilai, dan keseimbangan.
Mereka menempatkan kesehatan mental dan stabilitas sebagai bagian tak terpisahkan dari karier, sambil tetap berharap perusahaan menjadi mitra yang mendorong pertumbuhan diri.
Dengan demikian, job hugging adalah paradoks yang menarik yaitu ia membawa sinyal kestabilan sekaligus potensi jebakan zona nyaman.
Tantangan bagi pekerja adalah menjaga agar loyalitas tetap berjalan seiring dengan ambisi, sementara perusahaan dituntut untuk menciptakan ekosistem kerja yang sehat, adaptif, dan kompetitif. Hanya dengan keseimbangan itulah daya saing pasar kerja dapat terjaga di tengah arus perubahan yang semakin cepat.
Kenyamanan adalah hak setiap pekerja, tetapi pertumbuhan adalah pilihan sadar yang harus dijaga. Job hugging akan bernilai jika diiringi dengan ruang belajar dan keberanian berkembang. (*)
Berita Lainnya
-
669 Honorer R4 Tenaga Kependidikan Lampung Minta Kejelasan Status
Jumat, 19 September 2025 -
Gubernur Mirza: Lampung Surplus Gabah, Defisit Beras
Jumat, 19 September 2025 -
Lampung Terima Rp 180 Miliar untuk Peremajaan Tanaman dan Hilirisasi Pangan
Jumat, 19 September 2025 -
Pramuka Way Khilau Pesawaran Gelar Bazar dan Lomba Penggalang
Jumat, 19 September 2025