Kelangkaan LPG 3 Kg di Lampung Barat: Warga Antre Berjam-jam, PNS Ikut Berebut

Ratusan warga saat mengantre di pangkalan SPBU Pekon Kembahang, Selasa (15/7/2025). Foto: Ist.
Kupastuntas.co, Lampung Barat - Ratusan warga dari berbagai pekon di Kecamatan Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat, berdesakan mengantre untuk mendapatkan gas LPG 3 kilogram di pangkalan SPBU Pekon Kembahang, Selasa (15/7/2025).
Warga rela datang sejak pukul 15.00 WIB demi memastikan kebagian tabung gas melon bersubsidi yang kini mulai langka di pasaran.
Kerumunan warga semakin padat setelah mobil distributor tiba di lokasi menjelang petang. Suasana pun menjadi tidak terkendali.
Warga saling berebut dan berdesakan agar bisa berada di barisan depan untuk mendapatkan jatah gas yang tersedia. Meski petugas berupaya mengatur antrean, situasi sulit dikendalikan akibat membludaknya jumlah warga.
Beberapa insiden pun terjadi akibat kondisi tersebut. Sejumlah warga mengaku mengalami sandal putus, kaki terinjak, hingga aksi saling tarik dan cakar-mencakar.
"Sandal saya sampai copot, kaki saya diinjak-injak. Tapi mau bagaimana lagi, kalau tidak begini bisa tidak kebagian," ujar salah satu warga.
Warga yang hadir tampak datang dari berbagai kalangan, mulai dari ibu rumah tangga hingga bapak-bapak. Mayoritas mengaku kesulitan memperoleh gas LPG 3 kilogram dalam beberapa pekan terakhir. Bahkan, di beberapa toko pengecer, harga telah melambung tinggi atau stoknya kosong.
Untuk menghindari penyelewengan, pihak pangkalan menerapkan sistem pembelian menggunakan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Setelah menerima tabung gas, warga juga diberi tanda tinta pada bagian jari sebagai bukti telah membeli dan untuk mencegah pengambilan ganda.
Namun, sistem tersebut tidak sepenuhnya berjalan efektif. Di tengah antrean yang padat, terpantau seorang wanita mengenakan seragam Pegawai Negeri Sipil (PNS) ikut mengantre untuk mendapatkan gas subsidi.
Kejadian ini menimbulkan kekecewaan dari warga lainnya yang menilai penyaluran gas melon masih belum tepat sasaran.
"Harusnya PNS tidak boleh membeli gas bersubsidi. Itu jatahnya untuk warga kurang mampu," kata warga yang enggan disebutkan namanya.
Menurut petugas pangkalan, jumlah kuota yang diterima untuk hari itu hanya sebanyak 200 tabung, sementara jumlah warga yang datang melebihi ketersediaan. Hal inilah yang memicu warga rela datang lebih awal dan bertahan dalam kerumunan selama berjam-jam.
"Tabung datang sore tadi, langsung penuh warga yang sudah dari jam tiga nunggu. Yang dikirim hanya 200 tabung, padahal yang datang lebih dari dua ratus orang," ujar salah satu petugas SPBU saat diminta keterangan.
Kus, salah satu warga setempat, juga mengaku rela mengantre meski harus berdesakan. Ia menyebut bahwa kelangkaan gas di wilayah Batu Brak sudah berlangsung hampir beberapa bulan terakhir.
"Di warung kosong semua, bahkan ada yang jual di atas Rp30 ribu, itu pun langka. Kalau di pangkalan masih Rp18 ribu, makanya semua ke sini," ungkapnya.
Warga berharap pemerintah daerah segera mengambil langkah nyata dalam mengatasi kelangkaan gas subsidi, termasuk memperketat pengawasan distribusi dan memastikan gas hanya sampai ke tangan warga yang benar-benar berhak.
Ma’as, warga lain, menilai pemerintah perlu menambah kuota distribusi ke wilayah Batu Brak.
"Kalau kuotanya cuma 200 tabung tapi yang butuh 500 lebih orang, pasti ribut. Harusnya ditambah atau ada pengawasan ketat di pengecer," katanya.
Di sisi lain, kondisi antrean yang tidak tertib dan minim pengamanan juga menjadi sorotan. Warga berharap aparat atau petugas keamanan bisa dilibatkan setiap pendistribusian gas, untuk menghindari kericuhan seperti yang terjadi kali ini.
Tak hanya itu, sebagian warga mempertanyakan akurasi data penerima subsidi. Mereka menilai pemerintah belum maksimal dalam menyaring siapa saja yang benar-benar berhak menerima gas LPG 3 kilogram. Hal ini terlihat dari masih adanya warga mampu bahkan pegawai negeri yang ikut antre.
Permasalahan ini mencerminkan lemahnya sistem distribusi dan pendataan penerima subsidi. Masyarakat meminta agar Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lampung Barat turun langsung meninjau distribusi di lapangan serta melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem dan pendataan.
Kelangkaan gas LPG 3 kilogram tidak hanya terjadi di Batu Brak, tetapi juga mulai dirasakan di beberapa kecamatan lain di Lampung Barat.
Pemerintah daerah diharapkan segera melakukan koordinasi dengan pihak Pertamina dan agen untuk menambah pasokan serta memastikan distribusi berjalan secara adil dan merata. (*)
Berita Lainnya
-
Proyek Drainase Jalan Provinsi Gagal Total, DPRD Lambar Desak Investigasi dan Transparansi
Selasa, 15 Juli 2025 -
Kualitas Proyek Tambal Sulam Milik PT Subanus di Lambar Dikerjakan Saat Hujan Dikeluhkan Warga
Senin, 14 Juli 2025 -
Bupati Lampung Barat Sidak MPP, Soroti Sampah dan Tekankan Pelayanan Ramah Masyarakat
Senin, 14 Juli 2025 -
Dishub Lampung Barat Bangun Zona Selamat Sekolah di Depan SMAN 2 Liwa
Senin, 14 Juli 2025