• Jumat, 11 Juli 2025

Heboh! Grup Facebook 'Gay Lampung Barat' Beranggotakan Ribuan Orang Resahkan Warga

Kamis, 10 Juli 2025 - 20.32 WIB
213

Grup Gay Lampung Barat yang menghebohkan warga. Foto: Echa/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Barat - Masyarakat Lampung Barat tengah digemparkan oleh adanya sebuah grup daring di platform Facebook yang berisi lebih dari 1.400 anggota pria penyuka sesama jenis atau gay. Grup yang diberi nama "Grup Gay Lampung Barat" ini mulai beroperasi pada awal tahun 2022 dan terus berkembang hingga kini.

Keberadaannya semakin menambah keresahan di kalangan warga, terutama karena grup tersebut bersifat publik dan dapat diakses oleh siapa saja tanpa perlu verifikasi identitas yang ketat. Grup tersebut memungkinkan anggota untuk saling berinteraksi secara terbuka.

Tidak sedikit percakapan yang mengarah pada konten-konten yang dianggap vulgar dan menyimpang dari norma sosial serta budaya masyarakat Lampung Barat yang cenderung konservatif, sehingga semakin menimbulkan keresahan.

"Infonya mase nyari boty," tulis salah satu akun anonim dalam group tersebut, (Boty merupakan sebutan yang mengandung makna negatif). "Kali ada top yang liburan ke krui, sini main ke kosan ku top yang sudah dewasa," tulis akun lain bernama Radian Saputra pada 29 Mei 2025.

Pada akun lain bernama Dony Omjoy juga menuliskan postingan yang mengarah pada tindakan negatif. "Pengen Pijat," tulisnya dalam akun tersebut. "Ada yang di semong engga nih, khusus 35+," tulis peserta lain dengan akun bernama Ipanka Saputra pada 17 Juni 2025.

Salah satu hal yang mengkhawatirkan adalah penggunaan fitur anonim yang membuat identitas pengirim pesan sulit dilacak, meningkatkan kekhawatiran akan dampak negatif yang bisa ditimbulkan, terutama bagi generasi muda yang rentan terhadap pengaruh lingkungan daring.

Agus (40), warga Kecamatan Balik Bukit yang juga aktif menggunakan Facebook, menyatakan keprihatinannya terkait grup tersebut. Menurut Agus, fenomena ini menjadi semakin mengkhawatirkan karena grup tersebut terbuka untuk umum, sehingga siapa pun, termasuk anak-anak dan remaja, dapat dengan mudah bergabung tanpa pengawasan yang memadai.

“Saya pengguna Facebook, dan saya merasa sangat resah dengan keberadaan grup ini. Selain kontennya yang vulgar, saya khawatir grup seperti ini dapat merusak pola pikir generasi muda. Anak-anak muda yang penasaran bisa dengan mudah mengaksesnya karena tidak ada filter yang ketat. Ini bisa sangat berbahaya,” ungkap Agus, kepada wartawan, Kamis (10/7/2025).

Agus juga menambahkan bahwa meskipun grup tersebut sudah aktif selama lebih dari tiga tahun, hingga saat ini belum ada langkah konkret dari pihak berwenang yang terlihat. Ia mengaku sangat khawatir jika grup semacam ini terus berkembang dan mempengaruhi warga, terutama generasi muda yang masih dalam masa pencarian jati diri.

“Grup seperti ini seolah-olah tidak ada pengawasan. Apa yang ditulis dalam grup ini kadang sangat vulgar dan bisa mempengaruhi cara pandang anak-anak muda kita. Kita harus segera bertindak, jangan sampai grup ini jadi lebih besar dan berdampak negatif,” tambah Agus.

Selain itu, beberapa anggota grup juga diketahui melakukan komunikasi menggunakan fitur anonim yang semakin membuat warga khawatir. Fitur ini memungkinkan anggota untuk berinteraksi tanpa menampilkan identitas asli, sehingga sulit untuk melacak siapa saja yang terlibat dalam percakapan tersebut.

Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Lampung Barat, Nukman, menegaskan bahwa pemerintah daerah tidak akan tinggal diam dan akan segera mengambil langkah-langkah konkret untuk menanggapi fenomena tersebut.

Menurut Nukman, meskipun belum ada rincian langkah pasti, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk menyelesaikan masalah ini. "Ya, ini wajib diantisipasi segera, tetapi persisnya saya belum tahu," kata Nukman.

Pemerintah daerah berencana mengambil tindakan cepat dengan melibatkan berbagai unsur terkait, termasuk Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), serta tokoh adat dan agama yang memiliki pengaruh besar di masyarakat.

Nukman memastikan bahwa masalah ini akan segera ditangani dengan melibatkan pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam menjaga ketertiban sosial di daerah tersebut.

Lebih lanjut, Nukman mengungkapkan bahwa masalah ini tidak hanya berkaitan dengan aktivitas di dunia maya, tetapi juga menyentuh aspek sosial dan keagamaan yang sensitif.

Ia menilai keberadaan grup tersebut berpotensi merusak tatanan moral, terutama di kalangan generasi muda.

"Kita harus segera memutus akun mereka, sebab ini bukan hanya persoalan digital. Ini soal menjaga marwah daerah yang selama ini dikenal religius. Jangan sampai kebebasan berinternet justru menjadi pintu masuk bagi penyimpangan yang merusak generasi," tegasnya. (*)